Hati berbunga-bunga rasanya melihat foto-foto masa kecilku. Apalagi foto hitam putih, jadi kelihatan dramatis. Nostalgia lewat foto tentu saja membangkitkan kenangan lama.
Dulu memang foto hitam putih menjadi 'primadona' karena foto berwarna belum 'lahir'. Ketika duduk di kelas nol atau kemudian disebut Taman Kanak-kanak (TK), saya dan kedua adik saya diajak oleh nenek untuk foto bersama. Saya ingat betul namanya Toko Potret Subur di seberang Stasiun Jatinegara. Waktu itu rumah saya di Jalan Bekasi Timur 1, sekitar 200 meter dari Toko Potret Subur.
Saya sekelas dengan anak pemiliknya. Namanya Yayang. Sepulang sekolah Yayang sering bermain dengan saya. Kebetulan kalau pergi dan pulang sekolah ia melewati rumah saya. Â
Sebelum pandemi, saya pernah melewati Stasiun Jatinegara. Ternyata Toko Subur sudah tidak ada. Begitu juga toko di sebelahnya, Rawa Bening. Hanya Pasar Batu Akik Rawa Bening sudah berdiri megah.
Saya ke Toko Subur sekitar 1964. Pertama, saya berfoto sendirian. Latarnya Hotel Indonesia. Ketika itu memang Hotel Indonesia baru berdiri. Jadi ikonik sekali. Seingat saya dulu tukang potretnya menggunakan kamera berbentuk kotak. Di bagian belakang ada kain hitam untuk menutupi wajah pembidik supaya cahaya tidak masuk. Kameranya berdiri di atas kaki tinggi.
Kemudian saya berfoto dengan adik pertama. Baru foto-foto itu yang ditemukan.
Foto bayi
Saya pun menemukan foto saat saya bayi. Saya dipangku oleh nenek, ibunya bapak saya. Saya kelihatan ceria yah. Entah siapa yang motret. Tapi yang jelas itu di halaman rumah. Dulu rumah saya masih berlantai tanah. Pagar rumah terbuat dari kayu. Dinding rumah masih memakai bilik atau gedek, anyaman bambu yang berukuran sekitar 2 meter x 2 meter. Sungguh adem karena angin bisa masuk.
Terlihat pula saya sedang digendong oleh tante saya di luar rumah. Dari foto itu kelihatan rumah-rumah masih sederhana. Belum ada rumah tingkat atau loteng. Semua pagar dari kayu atau bambu. Jalanan masih lengang. Setiap rumah memiliki halaman cukup luas sehingga bisa untuk bermain kelereng, misalnya.
Di bagian dalam ada sumur. Ketika itu untuk minum, masak, mandi, mencuci pakaian, dll menggunakan air sumur. Air harus ditimba menggunakan ember. Pompa air belum dikenal. Jangankan pompa listrik, pompa tangan pun masih terasa asing. Â
Sebenarnya masih banyak foto-foto lawas di kontener saya. Ciri khas foto-foto lawas adalah bagian tepi foto bergerigi. Semoga nanti ada waktu untuk menyortir dan mengidentifikasi foto.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H