Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Harga Koleksi Uang Kertas Rp 10 Ribu, pada 1996 Rp 35 Ribu dan pada 2016 Rp 4 Juta

17 November 2021   11:02 Diperbarui: 17 November 2021   11:08 673
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Uang kertas Rp10.000 bergambar relief Borobudur atau Barong (Sumber: Katalog Uang Kertas Indonesia 1782-1996)

Ada kecenderungan harga barang selalu naik dari tahun ke tahun. Begitu pula dengan harga koleksi mata uang. Sejak lama mata uang, baik uang kertas maupun uang logam, disukai para kolektor atau numismatis. Maka untuk memberi kemudahan kepada para kolektor, para numismatis senior atau profesional menyusun sebuah katalogus. Katalogus mata uang berisi berbagai informasi seperti tahun pengeluaran, jumlah pengeluaran, penanda tangan uang, gambar pada mata uang, pelukis mata uang, dsb. Pokoknya ciri-ciri fisik mata uang disebutkan di dalam katalogus. Lalu yang terpenting dalam katalogus adalah harga sebuah koleksi dalam berbagai kondisi.

Kondisi mata uang amat menentukan harga. Makin bagus kondisi atau grade tentu akan berharga makin mahal. Biasanya katalogus memuat 3 grade, sehingga bisa menjadi patokan penjual dan pembeli dalam bertransaksi. Umumnya grade dalam katalogus terdiri atas Unc (Uncircularted) atau Bagus Sekali. Di bawahnya ada EF atau XF (Extra Fine) atau Bagus. Selanjutnya VF (Very Fine) atas Cukup Bagus. Lalu VG (Very Good) hampir setara VF. Biasanya penggunaan istilah-istilah ini tergantung si pembuat katalogus.  

Buku Oeang Noesantara 2016 dan Katalog Uang Kertas Indonesia 1782-1996 (Dokpri)
Buku Oeang Noesantara 2016 dan Katalog Uang Kertas Indonesia 1782-1996 (Dokpri)

Harga tergantung "grade"

Kalau cukup langka karena sedikit beredar di pasaran, maka kondisi VF atau VG menjadi buruan para kolektor. Koleksi yang berusia puluhan tahun sering kali memiliki cacad kecil, yakni kertas sudah agak bernoda. Kolektor menyebutnya foxing.   

Koleksi yang beredar mulai 1980-an biasanya lebih mudah didapatkan karena produksinya memang berlimpah. Banyak koleksi memiliki grade Unc. Contoh grade Unc adalah uang kertas yang masih berupa gepokan dan baru dikeluarkan Bank Indonesia. Uang grade Unc belum pernah berpindah tangan dari orang ke orang.

Grade di bawahnya seperti XF atau EF pernah satu-dua kali berpindah tangan. Kalau sudah berkali-kali berpindah tangan sehingga uang menjadi kotor, kertas tidak kaku lagi, sudut-sudut uang kertas tidak runcing lagi, dan ada cacad (misalnya coretan atau bekas staples), biasanya dianggap tidak layak dikoleksi. Kecuali uang kertas tersebut benar-benar unik atau langka.

Harga akan semakin tinggi bila koleksi tersebut sudah dapat sertifikasi PMG (Paper Money Garanty). Nilai PMG menggunakan skala Sheldon dari 1 hingga 70.

Harga pada 1996 - lihat panah merah (Sumber: Katalog Uang Kertas Indonesia 1782-1996)
Harga pada 1996 - lihat panah merah (Sumber: Katalog Uang Kertas Indonesia 1782-1996)

Naik berkali lipat

Iseng-iseng saya buka Katalogus Uang Kertas Indonesia 1782-1996 dan Oeang Noesantara 2016. Ternyata harga jual uang kertas Rp10.000 bergambar relief Borobudur sudah naik berkali-kali lipat. Di kalangan numismatis, uang ini disebut Uang Barong.

Cerita tentang Uang Barong bisa lihat [DI SINI]

Pada Katalogus Uang Kertas Indonesia 1782-1996, untuk kondisi Unc dibanderol Rp35.000. Kondisi di bawah Unc berharga Rp10.000 dan Rp20.000. Pada buku Oeang Noesantara yang ditulis oleh Uno pada 2016 harga uang Rp10.000 dengan kondisi Unc mencapai Rp4 juta (untuk kondisi biasa) dan Rp5 juta (untuk specimen atau uang contoh yang tidak bisa dipakai bertransaksi).

Harga pada 2016 - lihat panah merah (Sumber: Oeang Noesantara)
Harga pada 2016 - lihat panah merah (Sumber: Oeang Noesantara)

Bayangkan selama 20 tahun harga koleksi sudah naik berkali-kali lipat. Entah harga untuk 5 tahun kemudian, tepatnya pada 2021 ini. Saya lihat ada kolektor yang menawarkan Rp12 juta untuk PMG 66 yang lumayan tinggi. Entah sudah laku atau belum. Atau sedang negosiasi harga.

Mata uang memang bisa menjadi alat investasi, selain sebagai hobi.***

  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun