Menyelam di bawah permukaan laut, tentu membutuhkan keamanan. Untuk itu penyelam bersertifikat harus ada. Minimal harus A2 atau Advance Divers.Â
Para penyelam boleh saja arkeolog atau bukan arkeolog. Yang penting tahu metode kerja arkeologi. Tim bawah air tidak hanya seorang, melainkan beberapa orang. Dalam bekerja pun ada waktu maksimal di dalam air. Ini demi untuk keamanan diri.
Teknologi 3D
Penelitian ABA membutuhkan teknologi 3D. Menurut Ahmad Surya Ramadhan, teknologi 3D diperlukan untuk deteksi, dokumentasi, analisis, rekonstruksi, monitoring, dan diseminasi.
Sebagai gambaran, Ahmad memberi contoh pencarian dan verifikasi bangkai kapal kargo menggunakan single beam echosounder.
Dibandingkan negara-negara lain, situs bawah air di Nusantara tergolong sangat banyak. Maka sejak lama terjadi penjarahan pada kapal kargo yang tenggelam, terlebih yang bernilai ekonomis tinggi.Â
Pernah dijarah lalu dilelang di luar negeri dengan hasil jutaan dollar. Ini yang mengundang minat para sindikat untuk berburu 'harta karun laut'.
Akankah kita kalah dengan sindikat mengingat laut kita sangat luas? Kita memang selalu berpacu dengan nelayan lokal, sindikat amatir, dan sindikat profesional.Â
Mereka hanya mementingkan nilai ekonomi, berharap pada penjualan dengan harga tinggi. Sementara arkeolog hanya berharap nilai ilmu pengetahuan karena dari kapal-kapal yang tenggelam bisa terkuak jenis kapal, asal kapal, penyebab kapal tenggelam, teknologi kapal, dan masih banyak lagi.Â
Dari situlah bisa timbul narasi untuk menambah pengetahuan tentang masa lalu yang mencakup sejarah, ekonomi, teknologi, dsb.***