Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Danau Toba Cocok untuk Wisata Etnik, Wisata Arkeologi, dan Wisata Petualangan

25 September 2021   07:35 Diperbarui: 25 September 2021   07:37 514
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rumah adat di Samosir (Foto: Berkala Arkeologi Sangkhakala, November 2009)

Danau Toba merupakan kaldera yang terbentuk akibat meletusnya Gunung Toba sekitar tiga kali. Yang pertama 840 ribu tahun lalu dan yang terakhir 74.000 tahun lalu. Bagian yang terlempar akibat letusan itu mencapai luas 100 km x 30 km. Daerah yang tersisa kemudian membentuk kaldera.

Pada 2020 lalu, Kaldera Toba ditetapkan sebagai UNESCO Global Geopark karena memiliki kaitan geologis dan warisan tradisi yang tinggi dengan masyarakat lokal. Terutama dalam hal budaya dan keanekaragaman hayati yang diakui oleh negara anggota UNESCO.

Keindahan Danau Toba memang luar biasa. Inilah Wonderful Indonesia di luar Borobudur, Prambanan, dan Bali, kawasan wisata yang sering dikunjungi wisatawan.

Sejak lama Danau Toba yang terletak di Pulau Samosir, menjadi daya tarik pariwisata di Sumatera Utara. Selain alam, Danau Toba memiliki daya tarik lain, seperti tinggalan arkeologi dan tinggalan budaya. Di sana ada permukiman tradisional, sarkofagus, meja batu, lumpang batu, arca megalitik, dan lain-lain.

Berkala Arkeologi Sangkhakala (Maret 2010), mengatakan permukiman tradisional Batak sering disebut huta. Huta selalu berada di lereng bukit atau gunung. Kawasan tinggi dipilih karena lokasi tersebut tidak dipergunakan sebagai persawahan. Menariknya, pembangunan huta memperhatikan kearifan tradisional dan lingkungan. Huta penuh perhitungan arsitektur dan bermakna filosofis.

Rumah adat di Samosir (Foto: Berkala Arkeologi Sangkhakala, November 2009)
Rumah adat di Samosir (Foto: Berkala Arkeologi Sangkhakala, November 2009)

Rumah adat

Di Pulau Samosir juga terdapat kubur-kubur sekunder seperti sarkofagus, tempayan batu, kubus batu, dan kubur palung batu. Tinggalan dari masa lalu itu berukuran cukup besar.

Ada yang menarik di Pulau Samosir. Di sana terdapat rumah adat Batak Toba. Rumah itu tidak dibangun sembarangan, melainkan harus diiringi pesta memotong kerbau atau babi. Lalu kepala dan darah binatang tersebut ditanam di bagian bawah umpak yang terdapat di salah satu sudut. Rumah adat dihiasi berbagai pahatan atau gambar. Yang dianggap penting adalah cicak, dipercaya sebagai lambang kesuburan dan kemakmuran.

Umumnya rumah-rumah adat tersebut dihuni oleh keturunan Raja Huta atau pemimpin marga setempat. Sebagian besar bagian rumah terbuat dari bahan kayu. Sebagian sudah ada yang disemen. Rumah berarsitektur tradisional itu penuh makna filosofis dalam cara membangun, seni hias, dan penempatan ruangan.

Soal sarkofagus Samosir, Taufiqurrahman Setiawan, dalam Sangkhakala (Juli 2009) menulis bahwa sarkofagus sebagai wadah penguburan merupakan salah satu unsur terpenting dari megalitik di Samosir. Data 2005 menyebutkan ada temuan 31 sarkofagus yang tersebar di beberapa kecamatan. Jelas tinggalan-tinggalan berusia tua terdapat di sekitar Danau Toba atau Pulau Samosir. Sarkofagus dikenal masyarakat Batak sebelum mereka menganut Kristen dan Islam.

"Sarkofagus Samosir merupakan sebuah tinggalan budaya masyarakat masa lampau yang mempunyai ciri khas. Obyek tersebut merupakan sebuah hasil dari kreativitas masyarakat yang berbudaya tinggi," tulis Taufiqurrahman.

Tinggalan kuno lain berupa lesung batu. Miris, benda-benda tersebut kini terbengkalai. Ada lagi batu persidangan. Batu-batu yang disusun berkelompok ini oleh masyarakat Batak Toba di masa lalu difungsikan sebagai sidang adat untuk memutuskan berbagai permasalahan.

Tinggalan yang unik berupa Pustaha Laklak.  Pustaha Laklak merupakan naskah kuno yang ditulis dari media kulit kayu (laklak). Biasanya pustaha ini ditulis menggunakan aksara dan bahasa Batak yang isinya berupa ilmu perdukunan, ramalan, maupun tentang pertanian. Karena digemari, Pustaha Laklak banyak dibuat untuk kepentingan cendera mata.

Obyek lain Sigale-gale, berupa boneka kayu berukuran cukup besar.  Boneka tersebut dapat menari bahkan mengeluarkan air mata dan dapat bergerak sendiri saat ritual tertentu. Kesenian Sigale-gale diperkirakan sudah ada sejak 400 tahun yang lalu. Nah begitulah sedikit dari Heritage of Toba yang tergolong warisan budaya kebendaan. Belum ada ada warisan budaya tak benda, ulos misalnya.

Figur pada bagian belakang sarkofagus (Foto: Berkala Arkeologi Sangkhakala, Juli 2009)
Figur pada bagian belakang sarkofagus (Foto: Berkala Arkeologi Sangkhakala, Juli 2009)

Wisata Etnik

Di Sumatera Utara dan sekitarnya terdapat enam suku Batak, yakni Angkola, Karo, Mandailing, Pakpak/Dairi, Simalungun, dan Toba. Informasi seperti itu ada di Museum T.B. Silalahi Center atau populer disebut Museum Batak. Museum itu terletak di Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir, tidak jauh dari Danau Toba.  

Museum Batak harus menjadi primadona kepariwisataan. Meskipun merupakan museum pribadi atau museum swasta, keberadaan museum harus didukung banyak pihak. Apalagi di dekat situ terdapat bandara udara Silangit yang bisa menuju ke Kualanamu dan beberapa tempat lain. 

Wisata etnik harus dikembangkan di seputaran Danau Toba. Tentu saja harus dengan manajemen yang baik. Buatlah kehidupan tradisional seperti masa lampau. Perajin ulos bisa berproduksi dari lokasi wisata etnik. Ini sebagai contoh saja. Ceritakan ulos untuk kelahiran dan ulos untuk kematian agar wisatawan paham. Setiap suku Batak tentu punya adat dan tradisi masing-masing. Nah karena ada enam suku, tentu banyak hal bisa diperoleh para wisatawan.

Kuliner setiap suku perlu disajikan. Begitu juga kesenian tradisional mereka. Sajikan musik tradisional Batak berupa musik gondang atau lainnya. Tari Tortor tentu tidak boleh ditinggalkan. 

Wisata etnik bisa dipadukan dengan wisata sejarah, wisata budaya, dan wisata petualangan. Atau dengan wisata jenis lain, sesuai kajian tim pakar pariwisata. Ajak wisatawan berjalan kaki menyusuri tempat atau obyek yang termasuk unik dan langka. Betapa Heritage of Toba beragam dan luar biasa.

Destinasi Super Prioritas

Kawasan Danau Toba telah ditetapkan menjadi Destinasi Super Prioritas (DSP) Toba. Untuk itu berbagai fasilitas perlu disiapkan. Perlu dibangun sejumlah dermaga tempat bersandar perahu untuk mengangkut wisatawan. Setiap dermaga harus dibuat unik dengan obyek wisata unggulan. Perahu bisa berhenti di setiap dermaga, untuk selanjutnya wisatawan berjalan kaki menuju lokasi wisata etnik, wisata alam, wisata petualangan, dan wisata arkeologi sekaligus.

Pengaturan waktu harus jelas sehingga menjadi wisata yang berkesan dan menimbulkan kenangan. Jangan sampai molor karena masih ada lokasi wisata lain. Kaitkan dengan Jalur Rempah yang kini sedang hangat dibicarakan. Pasti akan menarik wisatawan.

Setiap perahu dibuat unik dengan ciri khas setiap etnis di sekitar Danau Toba. Ini pasti menjadi nilai plus. Yang jelas perbaikan sarana dan infrastruktur harus dilakukan dengan serius. Selanjutnya perbaikan atraksi yang inovatif dan kreatif.

Berbagai kegiatan MICE (Meeting, Incentive travel, Convention and Exhibition) bisa dilakukan di Danau Toba. Dengan berbagai fasilitas kenapa harus ke luar negeri, MICE di Indonesia Aja. Kegiatan pariwisata, termasuk MICE, akan berdampak besar buat perekonomian masyarakat. Kita harapkan pandemi akan segera berakhir sehingga pariwisata sekaligus pendapatan masyarakat bisa terdongkrak.***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun