Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Peran Mitos Balung Buto dalam Kelestarian Fosil Purba Sangiran

26 Agustus 2021   16:13 Diperbarui: 26 Agustus 2021   16:17 1251
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Soal Balung Buto, diceritakan Pak Dody Wiranto dari BPSMP Sangiran pada Kamis, 26 Agustus 2021, lewat daring. Sudah beberapa kali ini memang BPSMP Sangiran menyelenggarakan acara bertajuk Sharing Informasi. Pak Dody memaparkan tentang pelestarian situs Sangiran berbasis sumber daya budaya.

Menurut Pak Dody, pengelolaan sumber daya budaya memiliki tiga tujuan, yakni untuk kepentingan ideologi dalam memantapkan identitas bangsa; untuk kepentingan akademik, sebagai sumber data bagi tujuan akademis seperti penelitian, studi, dan kajian; dan untuk tujuan ekonomi, yaitu pemanfaatan "sumberdaya budaya" dalam bentuk barang (goods) dan jasa (service) guna melahirkan income bagi masyarakat. Begitu Pak Dody mengutip dari tulisan Cleere dkk terbitan 1989.

Dikatakan lagi oleh Pak Dody, mitos Balung Buto diciptakan sangat mirip dengan kisah pada cerita pewayangan, hanya pada beberapa tempat dan tokoh namanya diubah disesuaikan dengan lingkungan Situs Sangiran.

"Peran mitos Balung Buto ini memberikan nilai positif pada kelestarian fosil di Sangiran saat itu. Cerita dalam mitos Balung Buto juga banyak memberikan ajaran nilai, moral dan etika tentang kebaikan dan kebijakan," kata Pak Dody mengutip tulisan Pak Bambang Sulistiyanto (2003). 

Edukasi dan pengetahuan yang ada dalam cerita bernilai positif terhadap perilaku masyarakat dan di dalam mendukung pelestarian Situs Sangiran. Hal ini didukung pula oleh komentar Pak Rhis Eka Wibawa yang ikut webinar tentang kelestarian tinggalan purbakala di Jambi. "Masyarakat lebih percaya kepada mitos yang tidak boleh ini dan tidak boleh itu daripada Undang-undang Cagar Budaya," ujar Pak Rhis.

Mitos Balung Buto ternyata dikenal pula di daerah lain yang memiliki situs purba, seperti Patiayam. Kita harapkan adanya mitos akan melestarikan segala tinggalan purbakala di negara kita. Dalam acara webinar ikut hadir Prof. (Riset) Harry Widianto dari Balai Arkeologi Yogyakarta yang pernah menjadi Kepala BPSMP Sangiran dan Pak Iskandar M. Siregar, Kepala BPSMP Sangiran sekarang. ***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun