Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ruang Candi Pawon Sudah Kosong, Mungkin Arcanya Diambil Tangan Jahil

8 Juli 2021   11:23 Diperbarui: 8 Juli 2021   11:39 690
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Para Kompasianer di luar pagar pembatas Candi Pawon (Foto: Priscilla)

Pada pintu masuk terdapat ragam hias kalamakara. Kepala kala dihubungkan dengan sepasang makara oleh bingkai lengkung, sementara pada pipi tangga terdapat dua pasang makara.

Ruang candi sudah kosong. Mungkin pernah terdapat arca Boddhisatwa di sini. Namun kemudian hilang diambil tangan-tangan jahil manusia. Sampai sekarang kita belum tahu arca apakah terdapat di sana, apakah terbuat dari batu ataukah logam.

Pada dinding candi terdapat pahatan pohon-pohon kalpataru keluar dari jambangan. Kalpataru adalah pohon kehidupan yang kemudian dipakai untuk penghargaan lingkungan hidup setiap 5 Juni. Kalpataru dikenal pada candi Hindu dan candi Buddha, meskipun terkadang disebut dengan nama lain seperti kalpalata dan kalpawreksa.

Sebenarnya saya hanya peserta. Tapi karena mereka tahu saya arkeolog, jadi mereka banyak bertanya kepada saya. Termasuk Gabriel, orang Belgia yang menjadi tim Sound of Borobudur. Misalnya saja soal batu asli dan batu baru. Lalu soal kalpataru dan cerita di balik itu. Yah gapapalah berbagi pengetahuan kepada masyarakat awam. Semoga mereka mengerti dan paham kondisi kepurbakalaan, terutama yang berada di areal permukiman warga. Dengan demikian upaya pelestarian menjadi lebih mudah.***

Bahan bacaan:

Moertjipto dan Bambang Prasetyo. Borobudur, Pawon, dan Mendut. Yogyakarta: Penerbit Kanisisus, 1993.

Edi Sedyawati, Hariani Santiko, dkk. Candi Indonesia Seri Jawa. Jakarta: Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman, 2013.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun