Sebelum orang-orang mengenal istilah SOHO, yakni Small Office Home Office, atau berkantor di rumah, saya sudah melakukannya sejak lama. Di masa pandemi, ketika orang-orang melakukan WFH (Work From Home atau Bekerja Dari Rumah) dan WFO (Work From Office atau Bekerja Dari Kantor), saya pun sudah melakukannya.
Bekerja dari rumah atau bekerja di rumah memang mengurangi tatap muka. Namun kita tidak perlu ke mana-mana. Yang penting ada internet. Tentu hemat tenaga dan hemat ongkos. Apalagi kalau jalan macet. Bayangkan berapa waktu yang kita hemat untuk pergi pulang kantor.
Sebagai pekerja mandiri yang tidak memiliki kantor, memang ada suka duka orang seperti saya. Banyak aktivitas yang bisa saya lakukan di rumah.
Menulis dan membaca, itu aktivitas utama saya. Dulu saya bisa menghasilkan banyak tulisan untuk media cetak. Saya menulis di sana-sini, baik atas inisiatif sendiri maupun atas permintaan si redaktur. Tentu saja saya mendapat honorarium.
Aktivitas literasi lain adalah mengisi blog pribadi. Saya punya beberapa blog pribadi, namun yang tergolong banyak diakses adalah tentang astrologi/palmistri (https://santai2008.wordpress.com), tentang arkeologi (https://hurahura.wordpress.com), tentang museum (https://museumku.wordpress.com), dan tentang numismatik (https://numisku.wordpress.com). Lalu membuat tulisan di blog publik Indonesiana dan Kompasiana. Â Memang mengisi blog pribadi dan blog pribadi tidak berhonor, namun ada kepuasan tersendiri bisa mampu memberi informasi dan edukasi kepada masyarakat.
Melakukan konsultasi tertulis astrologi/palmistri juga saya lakukan di rumah. Lumayan saya mendapat sekadar fee, yah hitung-hitung menolong orang.
Dalam kegiatan literasi itu, ongkos kirim saya yang tanggung. Sekadar gambaran, saya pernah kirim ke Kalimantan Utara biayanya Rp50.000/kg dan ke Maluku Utara biayanya Rp60.000/kg. Â Cukup menguras kantong memang.
Kembali soal bekerja di rumah, saya tidak perlu pakaian formal. Cukup pakai kaos singlet, sandal, dan celana pendek. Mana ada kerja senyaman ini. Biarpun berpakaian seadanya, yang penting hasilnya positif kan. Menulis di Kompasiana---saat ini mencapai 900 tulisan---semuanya saya lakukan dengan kaos singlet loh.
Cuma bekerja di rumah, sampai kapan pun, tidak bakal pernah dapat THR. Yang penting Tetap Harus Rajin, siapa tahu Tiap Hari Rezeki. Perjuangan itu berat tapi harus dilakukan. Tetap sehat dan semangat para pekerja mandiri. Selalu berikhtiar dengan halal, apalagi tidak pernah demo menuntut ini itu seperti serikat buruh.***
 Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H