Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Situs Kuno Liyangan Sangat Istimewa Karena Ditemukan Jalan Batu dan Rumah Kayu

30 April 2021   08:08 Diperbarui: 30 April 2021   08:20 771
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rumah manusia purba berupa gua (Foto: nationalgeographic.grid.id)

Sekelompok arkeolog menemukan rumah tertua dalam sejarah hominin. Hominin adalah sebutan subfamili yang mencakup manusia modern beserta manusia purba yang sudah punah. Rumah prasejarah yang ditemukan itu adalah sebuah gua. Bernama Gua Wonderwerk, terletak di Gurun Kalahari. Yang menarik, rumah itu telah ditempati kurang lebih selama dua juta tahun. Demikian berita di National Geographic, yang lengkapnya bisa dibaca [di sini]. 

Namun belum jelas manusia purba mana yang tinggal di gua itu. Soalnya, tidak ada sedikit pun tulang manusia yang pernah ditemukan di sana selama hampir seabad penggalian gua tersebut.

Temuan bahan kayu dan ijuk lalu direka ulang (Foto: Balai Arkeologi DI Yogyakarta)
Temuan bahan kayu dan ijuk lalu direka ulang (Foto: Balai Arkeologi DI Yogyakarta)
Rumah kayu dan ijuk

Soal 'rumah' tertua sebenarnya banyak terdapat di Nusantara. Gua-gua purba, baik yang memiliki 'lukisan' maupun tidak memiliki 'lukisan' ditemukan di berbagai wilayah. Namun temuan-temuan purba yang ada, belum selengkap penemuan di Gua Wonderwerk.

Kecuali berbahan batu dan tanah yang lebih terawetkan, di beberapa situs pernah ditemukan sisa-sisa kayu, bambu, dan ijuk. Yang agak nyata terdapat di Situs Liyangan, yang diyakini merupakan situs permukiman kuno. Situs itu terletak di Dusun Liyangan, Temanggung, Jawa Tengah.  

Situs permukiman jarang sekali ditemukan di Nusantara. Istimewanya di Liyangan ditemukan benda-benda batu seperti sisa-sisa candi, arca, prasasti, dan bangunan. Bahkan ada jalan kuno. Banyak pertanyaan besar sedikit demi sedikit berhasil diungkap oleh Balai Arkeologi DI Yogyakarta. Lebih dari sepuluh tahun Balai Arkeologi DI Yogyakarta melakukan penelitian di situs tersebut.

Penelitian tersebut mengungkapkan Liyangan bukan merupakan kompleks percandian. Namun merupakan sebuah desa kuno di zaman Mataram Kuno yang terkubur selama ratusan bahkan ribuan tahun. Silakan baca tulisan saya [Menurut Penelitian Balai Arkeologi DIY, Situs Liyangan Tertutup Letusan Gunung Sindoro pada Abad ke-11].

Jalan batu kuno di situs Liyangan (Foto: Balai Arkeologi DI Yogyakarta)
Jalan batu kuno di situs Liyangan (Foto: Balai Arkeologi DI Yogyakarta)
Menurut Pak Sugeng Riyanto ketika itu, adanya rumah penduduk disimpulkan dari temuan lantai kayu, dinding kayu, tiang kayu, dan atap ijuk. Namun bahan-bahan tersebut relatif mudah lapuk. Apalagi dalam kurun waktu ratusan tahun. Karena itu bahan-bahan seperti itu belum pernah ditemukan secara utuh pada situs-situs arkeologi. Saat ini Pak Sugeng Riyanto menjabat Kepala Balai Arkeologi DI Yogyakarta.

Pak Sugeng mengatakan, kemungkinan Gunung Sindoro telah mengalami beberapa kali erupsi. Namun masyarakat sudah memiliki kearifan lokal terhadap mitigasi bencana. Karena itu ketika ada tanda-tanda Gunung Sindoro akan erupsi, mereka segera mengungsi. Tentu saja mereka membawa ternak. Dengan demikian di situs Liyangan tidak ditemukan kerangka manusia dan kerangka hewan.

Menariknya, di situs Liyangan ditemukan berbagai jenis pohon, termasuk rumput-rumputan. Antara lain pohon puspa, pinus, cempaka, jambu, aren, dan kluwek. Jenis rumput-rumputan yang ada, misalnya rumput teki, bunga bawang, paku, kastuba, padi, dan bambu.  Tumbuhan tersebut tentu menunjukkan adanya pembudidayaan tanaman.

Saat ini situs Liyangan masih terus diteliti, bahkan dilestarikan dengan cara pemugaran dan pembuatan berbagai fasilitas, termasuk dalam bentuk digital. Semoga penemuan situs permukiman kuno banyak membuka tabir permasalahan masa lalu.***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun