Sebelum pandemi 2020, saya mengunjungi Museum Nasional dari lantai ke lantai. Ada sebuah koleksi yang cukup menarik perhatian saya, kalau tidak salah ingat terletak di lantai 3. Arca itu terbuat dari logam. Ujudnya kurang sempurna karena bagian lutut ke bawah tidak ada. Tangannya pun masih terkesan 'amburadul'.
Dua tangan tampak bekas patah, lalu ditempelkan di samping arca tersebut. Dua tangan lain tidak ada. Buat para arkeolog yang mendalami ikonografi, yakni pengetahuan yang mempelajari arca kuno, tentu mudah mengidentifikasi arca tersebut.
Dilihat dari kepalanya jelas arca Buddha. Tanda-tanda atau atribut arca Buddha memang mudah dikenal. Yang utama rambut selalu keriting, di atas kepala ada tonjolan seperti sanggul, dan di antara kening ada semacam jerawat yang disebut urna.
Avalokiteswara, nama arca Buddha tersebut, berbahan perunggu berlapis perak dengan tinggi 83 cm. Avalokiteswara termasuk Boddhisattwa. Ia digambarkan berpakaian kebesaran seperti raja. Ciri utama Avalokiteswara ada sebuah arca Amitabha di mahkota.
Cerita tentang koleksi itu terbilang unik dan dramatis. Dulu arca itu tidak mempunyai tangan sama sekali. Mungkin sudah hilang ketika ditemukan, ataupun ada orang jahil yang membawa potongan tangan Avalokiteswara.
Konon pada Juli 1988 seorang arkeolog Belanda yang bekerja di AS, Jan Fontein, mengunjungi Museum Radya Pustaka di Solo. Ia hendak melihat koleksi yang mungkin bisa dipamerkan pada acara KIAS (Kebudayaan Indonesia di Amerika Serikat) pada 1990.Â
Dalam salah satu lemari, ia melihat dua bagian tangan arca perunggu. Keduanya ditandai dengan cat nomor A 230a dan 298a. Karena ia sering mengunjungi Museum Nasional Jakarta, maka ia teringat akan arca Avalokiteswara yang tidak bertangan.
Arca Avalokiteswara yang bergaya seni abad ke-8---9 itu ditemukan pada 1855 di Desa Tekaran, Wonogiri, Jawa Tengah. Entah siapa yang membawa arca itu ke Museum Radya Pustaka, mengingat museum itu baru berdiri pada 1890.Â
Namun sejak penemuan, bagian badan arca dari lutut ke atas, diboyong ke Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen, sekarang menjadi Museum Nasional. Inilah peristiwa unik dan dramatis manakala kedua bagian arca terpisah selama 133 tahun.