Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Melihat Kliping Koran, Ternyata Saya Pernah Menulis Berbagai Topik

3 Maret 2021   12:56 Diperbarui: 3 Maret 2021   13:11 1119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tulisan tentang Numismatik di Kompas, 2003 (Dokpri)

Dulu, ketika coba-coba menulis di media cetak, saya memulai dengan tulisan arkeologi. Maklum, ini sesuai dengan bidang keilmuan yang saya pelajari di bangku kuliah. Ketika tulisan masuk koran, tentu amatlah senang. Selain mendapat honorarium, nama kita ikut dikenal. Apalagi kalau sudah sering menulis.

Dari topik arkeologi, saya kemudian menulis tentang museum. Boleh dikatakan museum amat berhubungan dengan arkeologi, karena koleksi museum kebanyakan berupa benda-benda arkeologi.

Masa 1980-an mudah dihitung dengan jari siapa penulis masalah arkeologi. Tidak banyak orang mampu menulis masalah ini, termasuk dari kalangan arkeologi sendiri. Kalau berita tentang pencurian artefak, peresmian candi, atau kegiatan ilmiah, boleh dibilang banyak. Setiap ada kegiatan seperti pameran dan konferensi pers,  wartawan selalu diundang. Merekalah yang menjadi corong instansi arkeologi atau museum.

Tulisan tentang Numismatik di Kompas, 2003 (Dokpri)
Tulisan tentang Numismatik di Kompas, 2003 (Dokpri)
Kliping

Hampir semua tulisan saya di media cetak, baik koran maupun majalah, sempat saya kliping. Kalau dipersentase, yah sekitar 95%. Sisanya belum ketemu. Maklum ketika itu saya hanya tergantung koran-koran yang ada di perpustakaan kampus.

Tulisan-tulisan yang ada, saya gunting dan buatkan kliping. Ketika itu membuat kliping masih menjadi 'barang mewah'. Tidak sembarang orang mau dan mampu membuat kliping.

Dari kliping-kliping tulisan saya, ternyata saya tidak hanya menulis masalah arkeologi dan museum. Masalah hobi, seperti numismatik, filateli, dan konkologi pernah saya tulis. Begitu juga masalah pendidikan, pariwisata, dan olah raga. Jadi amat beragam.

Soal media cetak pun amat bervariasi. Saya pernah menulis di Kompas, Sinar Harapan, Suara Pembaruan, Mutiara, Warta Kota, Intisari, dll. Mungkin saya termasuk salah satu pencetak rekor nih. Ada belasan media cetak nasional yang sudah saya masuki.

Kliping tentang hobi konkologi di Suara Pembaruan, 2004 (Dokpri)
Kliping tentang hobi konkologi di Suara Pembaruan, 2004 (Dokpri)
Rubrik apa saja

Saya hanya menulis. Mau dimasukkan ke dalam rubrik apa saja, itu tergantung redaksi. Di antara para arkeolog, tulisan saya termasuk sering dimuat Kompas. Pernah masuk ke rubrik Nusantara dan Metropolitan. Pernah pula mengisi rubrik Sorotan dan Teropong. Rubrik Hobi, Muda, Anak-anak, dan Didaktik pernah merasakan. Tulisan-tulisan itu sering saya perkaya dengan foto. Sayang kemudian redaksi sulit menerima tulisan-tulisan yang bersifat karangan khas atau 'feature'. Ini terjadi setelah 'booming' media digital yang menggerus keberadaan media konvensional.

Di antara berbagai rubrik, tulisan saya paling banyak dimuat di rubrik Opini. Ada gengsi tersendiri bila sering mengisi rubrik Opini. Masalahnya, tidak sembarang orang mampu lolos dari seleksi ketat jajaran redaksi Kompas. Apalagi tulisan Humaniora termasuk jarang sekali dilirik redaksi. Biarpun berpendidikan tinggi seperti Doktor atau Profesor, belum tentu mereka mampu menembus rubrik Opini. Ada syarat ketat yang diajukan redaksi.

Tulisan di rubrik Opini, Kompas, 2018 (Dokpri)
Tulisan di rubrik Opini, Kompas, 2018 (Dokpri)
Saat ini keberadaan media cetak sudah morat-marit. Sejak 2013 satu per satu media cetak konvensional mulai berhenti terbit. Ada yang tutup permanen, ada yang berganti ke digital. Kompas termasuk media cetak yang masih bertahan, meskipun sudah memiliki kompas.com atau kompas.id.

Semoga media digital masih mau menerima tulisan-tulisan dari luar. Media daring tidak bisa mengharapkan tulisan dari para wartawannya sendiri. Narasumber atau tulisan dari bidang keilmuan tertentu amat diperlukan untuk memperkaya pengetahuan pembaca.***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun