Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Perlu Mendirikan Museum Bencana Alam untuk Meminimalisasi Tragedi Kemanusiaan

22 Februari 2021   12:16 Diperbarui: 22 Februari 2021   12:33 556
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Peragaan di Museum Gempa, Jepang (Foto: www.tribunnews.com)

Peragaan di Museum Gempa, Jepang (Foto: www.tribunnews.com)
Peragaan di Museum Gempa, Jepang (Foto: www.tribunnews.com)
Sumatera

Sumatera pantas memiliki museum seperti itu, yang tentunya bisa diperluas berupa berbagai bencana alam. Menurut catatan-catatan sejarah, Aceh dan Nias sering dijuluki oleh pendatang asing sebagai "Negeri Bencana". Ini karena berbagai bencana seperti gempa dan banjir, sering melanda kedua daerah itu setiap tahun. Kehadiran museum seperti itu tentu sangat penting, mengingat berbagai bencana alam sering mengancam negara kita. Gunung meletus, banjir bandang, tanah longsor, angin puting beliung, dan gelombang laut sering mengganas di berbagai daerah. Cara-cara penanggulangannya, misalnya untuk menyelamatkan diri itulah yang perlu diketahui masyarakat luas.

Indonesia jelas merupakan negara yang rawan bencana alam, terutama letusan gunung berapi. Tentu orang masih ingat letusan Gunung Tambora (1815) dan Gunung Krakatau (1883), dampaknya mencapai beribu-ribu kilometer dari lokasi letusannya. Gempa bumi di Aceh yang disertai tsunami Desember 2004 masuk dalam "10 besar" gempa bumi terdahsyat di dunia.

Puluhan gunung berapi kini masih dalam kondisi aktif, seperti Merapi, Kelud, Sinabung, Soputan, Krakatau, dan Gamalama. Bermacam-macam bencana alam, cepat atau lambat pasti akan datang lagi. Karena itu kehadiran Museum Bencana Alam amat diperlukan. Ini dalam rangka meminimalisasi dampak-dampak yang bakal ditimbulkannya. Diharapkan dengan belajar lewat museum masyarakat akan menjadi "melek bencana" sehingga akan lebih mengerti cara mengantisipasinya.

Museum Bencana Alam idealnya dibangun di banyak tempat, terutama di wilayah yang pernah mendapat musibah hebat. Kalau di NAD ada Museum Bencana Alam dengan kekhususan tsunami, di tempat lain ada kekhususan gempa bumi, angin topan, banjir bandang, gunung berapi, dsb. Tempat-tempat yang cocok antara lain daerah yang pernah dilanda bencana hebat atau daerah-daerah yang minim objek pariwisatanya. Tentu harus ada kajian terlebih dulu dengan melibatkan pakar geologi untuk memetakan wilayah bencana.

Museum Gempa dan Bencana (Foto: raun2nomaden.wordpress.com)
Museum Gempa dan Bencana (Foto: raun2nomaden.wordpress.com)
Pendirian museum akan memperkaya obyek wisata sekaligus obyek pendidikan. Bahkan meningkatkan kemampuan teknologi anak bangsa, mengingat museum modern dibangun dengan teknologi multimedia dan fasilitas canggih lain. Masyarakat dalam arti seluas-luasnya bisa belajar dari sini. Terlebih para siswa dan mahasiswa untuk memperdalam pengetahuan Geografi, Ilmu Pengetahuan Sosial, dan Ilmu Pengetahuan Alam. Dengan demikian akan menambah wawasan mereka karena selain mengetahuinya dari buku, mereka juga bisa menyaksikan "wujud asli bencana dan penyebabnya" dari dalam museum. 

Betapapun dan apapun upaya pemerintah, sudah jelas kehadiran Museum Bencana Alam amat mendesak. Jangan sampai tragedi kemanusiaan kerap berulang tanpa ada usaha pencegahannya. Justru korban jiwa menjadi teramat mahal, jauh lebih tinggi daripada biaya pembangunan dan pemeliharaan museum kalau kita terlambat mengantisipasinya. Jadi kita perlu mendirikan Museum Bencana Alam untuk meminimalisasi tragedi kemanusiaan. Semoga menjadi pembicaraan saat pandemi usai.***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun