Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pelibatan Publik dalam Gerakan Literasi: Ada Perahu Pustaka, Kuda Pustaka, dan Kuis Buku

22 Februari 2021   05:58 Diperbarui: 22 Februari 2021   19:22 441
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Postingan dari peserta KUBU dan GEMAR yang mendapat kiriman buku (Foto: tangkapan layar dari Facebook/dokpri)

Sesungguhnya, selain penerbit-penerbit komersial, berbagai instansi pemerintah  selalu mengeluarkan publikasi, berupa jurnal, komik, dan buku. Karena menggunakan dana APBN dan APBD, maka publikasi pemerintah tidak diperdagangkan. Beberapa instansi yang menerbitkan publikasi, antara lain Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Publikasi tersebut belum didistribusikan ke seluruh Tanah Air karena kendala anggaran. Paling-paling perpustakaan daerah, perpustakaan perguruan tinggi, dan perpustakaan sekolah yang mendapat kiriman publikasi. Seandainya butuh publikasi-publikasi tersebut, maka masyarakat dipersilakan datang sendiri ke Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.  Cukup mengajukan permohonan atau hanya menandatangani surat tanda terima. Dalam momen-momen tertentu, seperti kongres kebudayaan atau pameran kebudayaan, berbagai publikasi terbitan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dibagikan gratis.

Buat masyarakat Jakarta tentu tidaklah menjadi soal jika harus datang ke kantor Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Bagaimana seandainya masyarakat yang benar-benar butuh publikasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan bertempat tinggal di luar Jakarta atau di luar Jawa?

Postingan dari peserta KUBU dan GEMAR yang mendapat kiriman buku (Foto: tangkapan layar dari Facebook/dokpri)
Postingan dari peserta KUBU dan GEMAR yang mendapat kiriman buku (Foto: tangkapan layar dari Facebook/dokpri)
KUBU dan GEMAR

Mengingat kebutuhan publikasi bagi masyarakat luar Jakarta, terutama para mahasiswa dan masyarakat ilmiah lain, mulai 2015 saya membuat sebuah kegiatan literasi yang saya namakan KUBU (Kuis Buku). Pertanyaan kuis saya posting di Facebook atau Instagram. Setiap kuis diikuti 30-50 peserta. Buku-buku untuk hadiah, saya peroleh secara gratis dari Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Juga dari museum-museum milik pemerintah pusat dan pemerintah provinsi. Ongkos kirim ke alamat pemenang kuis, saya tanggung dari kantong pribadi. Sampai kini KUBU masih berlangsung dan sangat diminati kalangan mahasiswa dan komunitas pelestari sejarah. Hadiah KUBU 2-4 buku.

Kegiatan lain yang saya buat GEMAR (Gerakan Menulis Arkeologi). Sebagai lulusan arkeologi, saya amat prihatin akan kemampuan menulis para mahasiswa dan lulusan. Jangan heran, peserta GEMAR amat minim. Paling banyak tiga peserta, sesuai topik tulisan yang saya ajukan. Meskipun begitu, menurut hitungan saya, sampai saat ini ada sekitar sepuluh orang yang sudah mampu menulis dengan kalimat yang baik dan benar. Tentu saja mereka harus dipupuk lagi. Hadiah GEMAR berupa buku-buku yang tergolong eksklusif.

HIBU (Hibah Buku) merupakan gerakan lain yang saya lakukan. Sayang, sejak pandemi melanda negara kita, kegiatan literasi jarang sekali saya lakukan. Maklum, saya menanggung semuanya, termasuk ongkos kirim. Bayangkan, bila mengirim 5 kg buku ke Maluku dengan biaya sekitar Rp50.000/kg. Sejak pandemi memang boleh dibilang saya tidak memiliki penghasilan. Mampu bertahan hidup pun sudah luar biasa.

Di samping pribadi, komunitas saya pun, Kelompok Pemerhati Budaya dan Museum Indonesia (KPBMI), membuat Kuis Buku di Instagram sejak 2017. Para peserta kuis cukup lumayan. KPBMI bergerak di bidang Sepurmudaya (Sejarah, Purbakala, Museum, Budaya).

Sejak 2016 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menggiatkan Gerakan Literasi Nasional (GLN). Pada dasarnya GLN berhubungan dengan minat baca, meminimalisasi buta aksara, dan memperkuat taman baca. Dari GLN hadir layanan kirim gratis buku oleh PT Pos Indonesia setiap tanggal 17 ke seluruh penjuru Tanah Air. Program itu diluncurkan pada 17 Juni 2017 di Jakarta.

Pengiriman buku gratis hanya berlaku untuk taman baca yang terdaftar di kantor pos. Batas kiriman pun maksimum 10 kg. Sayang belum mengarah ke pribadi. Lewat halaman di Facebook pun, donasi buku dan gerakan literasi sering dilakukan warga yang peduli. Pustaka Bergerak, begitulah program itu dinamakan.

 Pelibatan publik dalam gerakan literasi sudah berlangsung lama. Publik atau komunitas secara tidak langsung telah menjadi kepanjangan tangan pemerintah. Untuk itu sinergi harus diperkuat. Semoga ada program khusus dari kantor pos untuk mengapresiasi  pribadi-pribadi yang peduli literasi. Apa yang dilakukan pribadi-pribadi pun berdampak positif dalam rangka mencerdaskan anak bangsa.***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun