Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Beberapa Presiden Kita Pernah Tertipu, dari Raja Idrus hingga Bayi Ajaib

15 Februari 2021   16:55 Diperbarui: 15 Februari 2021   17:22 3201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Presiden Sukarno mengundang Raja Idrus ke istana (Foto: hot.grid.id dari wartakotalive.com)

Penipuan tidak hanya marak di kalangan masyarakat biasa. Para penipu juga tidak segan-segan masuk istana. Tercatat beberapa presiden pernah tertipu.

Penipuan fenomenal terhadap pimpinan negara, pertama kali terjadi pertengahan 1950. Dua orang pasangan yang mengaku suami isteri, yakni Raja Idrus dan Ratu Markonah, berhasil mengecoh sejumlah pejabat negara dan kalangan istana. Konon, Idrus adalah Raja Kubu (Suku Anak Dalam di Jambi), sementara Markonah adalah permaisurinya. 

Mereka mengaku sedang melakukan perjalanan muhibah dalam rangka pembebasan Irian Barat (sekarang Papua). Kebetulan, ketika itu masalah Irian Barat sedang menjadi isu internasional. Presiden Soekarno pun terpedaya. Kedua "pembesar" itu kemudian diundang ke istana.

Media cetak dan elektronik sibuk mewawancarai kedua tokoh. Raja Idrus dan Ratu Markonah yang selalu berkacamata hitam, sempat berfoto bersama Presiden Soekarno.  Bahkan pihak istana memberikan sejumlah uang dan fasilitas di hotel mewah. Kedua tamu kehormatan itu juga diajak mengunjungi keraton Yogyakarta dan Surakarta.

Tanpa diduga, ketika Raja Idrus dan Ratu Markonah sedang berjalan-jalan di sebuah pasar di Jakarta, seorang tukang becak mengenali wajah Raja Idrus sebagai teman seprofesinya di Tegal. Sementara Ratu Markonah, yang salah satu matanya cacat, adalah seorang PSK kelas bawah di Tegal. Idrus dan Markonah sepakat menjalankan aksi penipuan tersebut setelah keduanya bertemu di warung kopi di Tegal.

Idrus adalah penipu jenaka. Penyanyi era 1960-an, Tetty Kadi mengabadikannya dalam lagu "Raja Idrus" karya Jessy Wenas.

Lagu Raja Idrus oleh Tetty Kadi/tanda panah (Foto: kasetlalu.com)
Lagu Raja Idrus oleh Tetty Kadi/tanda panah (Foto: kasetlalu.com)
"Tape Recorder"

Penipuan dengan korban kalangan istana tidak cuma itu. Presiden Soeharto pun pernah tertipu. Pada 1970-an seorang wanita asal Aceh,  Cut Zahara Fona, mengguncang pemberitaan lewat bayi ajaib yang dikandungnya. Wanita yang tidak tamat SD ini, selalu mengenakan kain batik. Ia mengaku bahwa janin yang dikandungnya bisa berbicara dan mengaji.

Berita itu menggegerkan masyarakat. Mereka berduyun-duyun mendatangi rumah Cut Zahara Fona.  Bahkan mereka rela menempelkan kupingnya pada perut si ibu demi untuk dapat mendengar suara bayi ajaib ketika berbicara atau mengaji.

Fenomena ini tidak hanya menarik perhatian rakyat biasa. Banyak pejabat negara memercayainya, termasuk Wakil Presiden Adam Malik yang kemudian mengundang Cut Zahara ke Istana Wapres. Bahkan menurut Menteri Agama KH Mohamad Dachlan,  Imam Syafi'ie berada dalam kandungan ibunya selama tiga tahun.

Suatu saat, Cut Zahara Fona dipertemukan dengan Presiden Soeharto dan Ibu Tien Soeharto. Berkat kejelian Ibu Tien Soeharto, sepak terjang Cut Zahara Fona pun berakhir. Setelah digeledah, ternyata di balik kainnya terselip tape recorder ukuran mini. Dari tape recorder itulah suara "janin mengaji" berasal. Pada era itu tape recorder merupakan barang baru yang belum dikenal luas oleh masyarakat.

Ibu bayi ajaib sedang disambut dari pesawat (Foto: tangkapan layar Facebook Indonesia Tempo Doeloe)
Ibu bayi ajaib sedang disambut dari pesawat (Foto: tangkapan layar Facebook Indonesia Tempo Doeloe)
Harta Karun 

Agustus 2002, Menteri Agama Said Agil menyuruh orang melakukan penggalian di komplek Prasasti Batutulis, Bogor. Ia meyakini, berdasarkan petunjuk dalam mimpi, di bawah prasasti tersebut tersimpan emas harta karun peninggalan zaman Prabu Siliwangi. Harta yang berlimpah ini dapat digunakan untuk membayar seluruh utang negara. Presiden Megawati, katanya, merestui kegiatan tersebut.

Protes dari berbagai kalangan tidak ditanggapi. Setelah dilakukan penggalian selama dua minggu, kegiatan pun dihentikan.  Hasilnya? Hanya jejak galian tanah sepanjang  5 meter x 1 meter dengan kedalaman 2 meter, tanpa secuil benda pun apalagi emas. Ternyata tidak ada harta karun Prabu Siliwangi atau harta karun Presiden Soekarno di situs itu.

Masalah harta karun kembali muncul di Situs Gunung Padang, Cianjur. Dikatakan, di bawah situs yang ada sekarang, terdapat struktur buatan manusia. Struktur itu berupa bangunan yang konon berisi beberapa gerbong emas. Harta karun itu bisa dipakai untuk melunasi seluruh utang luar negeri Indonesia.

Konon Situs Gunung Padang sudah ada sejak 10.900 SM. Jadi umurnya lebih tua daripada piramida Mesir. Bahkan ada yang mengatakan Gunung Padang merupakan Atlantis yang hilang. Nama Gunung Padang memang mencuat sejak pakar dari Brasil, Prof. Arysio Santos, mengatakan Atlantis itu ada di Nusantara (Sundaland).

Uniknya, yang antusias melakukan penelitian di sini justru bukan kalangan arkeologi. Karenanya, penelitian geologi lah yang dominan, sehingga penelitian ini tidak berwawasan pelestarian. Penelitian Situs Gunung Padang melibatkan kalangan istana.

Presiden SBY juga pernah tertipu kasus blue energy. Ketika itu "seorang pakar" memberikan terobosan dapat memroduksi minyak mentah dari air. Ternyata penemuan tersebut hanya akal-akalan belaka. Ternyata beberapa presiden kita pernah tertipu.*** (dari berbagai sumber)

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun