Penipuan tidak hanya marak di kalangan masyarakat biasa. Para penipu juga tidak segan-segan masuk istana. Tercatat beberapa presiden pernah tertipu.
Penipuan fenomenal terhadap pimpinan negara, pertama kali terjadi pertengahan 1950. Dua orang pasangan yang mengaku suami isteri, yakni Raja Idrus dan Ratu Markonah, berhasil mengecoh sejumlah pejabat negara dan kalangan istana. Konon, Idrus adalah Raja Kubu (Suku Anak Dalam di Jambi), sementara Markonah adalah permaisurinya.Â
Mereka mengaku sedang melakukan perjalanan muhibah dalam rangka pembebasan Irian Barat (sekarang Papua). Kebetulan, ketika itu masalah Irian Barat sedang menjadi isu internasional. Presiden Soekarno pun terpedaya. Kedua "pembesar" itu kemudian diundang ke istana.
Media cetak dan elektronik sibuk mewawancarai kedua tokoh. Raja Idrus dan Ratu Markonah yang selalu berkacamata hitam, sempat berfoto bersama Presiden Soekarno. Â Bahkan pihak istana memberikan sejumlah uang dan fasilitas di hotel mewah. Kedua tamu kehormatan itu juga diajak mengunjungi keraton Yogyakarta dan Surakarta.
Tanpa diduga, ketika Raja Idrus dan Ratu Markonah sedang berjalan-jalan di sebuah pasar di Jakarta, seorang tukang becak mengenali wajah Raja Idrus sebagai teman seprofesinya di Tegal. Sementara Ratu Markonah, yang salah satu matanya cacat, adalah seorang PSK kelas bawah di Tegal. Idrus dan Markonah sepakat menjalankan aksi penipuan tersebut setelah keduanya bertemu di warung kopi di Tegal.
Idrus adalah penipu jenaka. Penyanyi era 1960-an, Tetty Kadi mengabadikannya dalam lagu "Raja Idrus" karya Jessy Wenas.
Penipuan dengan korban kalangan istana tidak cuma itu. Presiden Soeharto pun pernah tertipu. Pada 1970-an seorang wanita asal Aceh, Â Cut Zahara Fona, mengguncang pemberitaan lewat bayi ajaib yang dikandungnya. Wanita yang tidak tamat SD ini, selalu mengenakan kain batik. Ia mengaku bahwa janin yang dikandungnya bisa berbicara dan mengaji.
Berita itu menggegerkan masyarakat. Mereka berduyun-duyun mendatangi rumah Cut Zahara Fona. Â Bahkan mereka rela menempelkan kupingnya pada perut si ibu demi untuk dapat mendengar suara bayi ajaib ketika berbicara atau mengaji.
Fenomena ini tidak hanya menarik perhatian rakyat biasa. Banyak pejabat negara memercayainya, termasuk Wakil Presiden Adam Malik yang kemudian mengundang Cut Zahara ke Istana Wapres. Bahkan menurut Menteri Agama KH Mohamad Dachlan, Â Imam Syafi'ie berada dalam kandungan ibunya selama tiga tahun.
Suatu saat, Cut Zahara Fona dipertemukan dengan Presiden Soeharto dan Ibu Tien Soeharto. Berkat kejelian Ibu Tien Soeharto, sepak terjang Cut Zahara Fona pun berakhir. Setelah digeledah, ternyata di balik kainnya terselip tape recorder ukuran mini. Dari tape recorder itulah suara "janin mengaji" berasal. Pada era itu tape recorder merupakan barang baru yang belum dikenal luas oleh masyarakat.