Manusia memiliki beragam hobi, tentu tergantung minat dan kemampuan keuangan masing-masing. Ada yang hobi mencicipi segala jenis makanan, ada yang hobi memelihara tanaman hias, ada yang hobi mengoleksi uang lama, dan ada pula yang hobi mengumpulkan pin.Â
Itu baru sebagian hobi yang digeluti masyarakat. Yang jelas hobi dibagi dua jenis, yakni 'melakukan sesuatu' dan 'mengumpulkan sesuatu'. Ada hobi yang mahal, ada pula hobi yang murah.
Dulu saya memiliki beberapa hobi. Yah, untuk memanfaatkan waktu luang saja. Membuat kliping dari guntingan media cetak, seperti koran dan majalah, sering saya lakukan masa 1970-an dan 1980-an. Hobi ini termasuk murah karena saya berlangganan koran dan majalah.Â
Kliping yang saya miliki terbagi atas sejumlah topik, seperti arkeologi, museum, numismatik, dan filateli. Belum lama ini kliping-kliping itu saya simpan pada tiga kontener plastik besar. Jumlahnya ada sekitar 50 ordner.
Hobi memiliki berbagai manfaat, seperti melatih ketekunan, memperoleh informasi dari koleksi, dan masih banyak lagi. Bahkan kadang hobi menjadi bisnis atau menjadi benda investasi. Orang yang hobi memasak, misalnya, bisa membuka usaha restoran atau katering. Orang yang hobi menulis, bisa membukukan karya.Â
Kelebihan koleksi bisa dijual untuk memperoleh koleksi baru. Yang jelas, ada kiat-kiat khusus untuk berkoleksi. Yang penting jangan kebablasan saja. Misalnya sisakan uang untuk kebutuhan rumah tangga. Kalau sekiranya ada sisa, barulah untuk menambah koleksi.
Terkadang, yang namanya berkoleksi itu berada di luar akal sehat orang kebanyakan. Bayangkan, koleksi yang di mata orang lain berharga 'aduhai' justru dikejar lewat lelang internasional.Â
Sejumlah numismatis Indonesia, sebagai contoh, sering mengikuti lelang internasional. Tak peduli harga sudah mencapai ratusan juta (setelah dikurs menjadi rupiah), tetap saja terjadi perang 'bid'. Koleksi tanaman hias, kabarnya ada yang pernah terjual seharga Rp50 juta bahkan lebih.
Nah, bagaimana bila suatu saat diacak-acak hewan, misalnya tikus atau kucing. Tapi yah sudahlah, yang namanya hobi kadang memang begitu. Kadang rugi tak terduga hingga tertipu membeli barang palsu. Â
Selain membuat kliping, hobi lain saya adalah mengumpulkan prangko dan uang lama. Dulu saya mudah mendapatkan prangko. Saya sering minta ke bagian tata usaha perusahaan atau mengunjungi berbagai kedutaan besar yang ada di Jakarta.Â
Prangko-prangko itu termasuk kategori used atau pernah dipakai/bercap. Saya juga berlangganan prangko, carik kenangan, dan sampul hari pertama pada Kantor Filateli Jakarta. Dari sini saya mendapatkan prangko mint atau belum pernah dipakai/belum bercap.
Dulu saya banyak mendapatkan uang lama dari keluarga dan kerabat. Nah, uang-uang lama tersebut saya simpan. Yang kondisinya kurang bagus, kadang saya ganti dengan kondisi yang lebih bagus.Â
Seri yang belum lengkap, saya beli sedikit demi sedikit. Saya berkoleksi numismatik---itulah sebutan keren untuk koleksi mata uang---apa adanya saja disesuaikan kemampuan kantong.
Mengumpulkan pin, pernak-pernik seperti karcis tol dan karcis bus TransJakarta, juga saya lakukan. Pokoknya buat iseng-iseng saja. Dapat yah disyukuri, tidak dapat yah tidak apa-apa. Saya mendapat warisan warisan dari ayah banyak cincin. Ayah senang cincin tapi saya kurang suka. Tapi yang namanya barang warisan, tentu harus dirawat.
Yang namanya berkoleksi, sering kali mendapatkan koleksi dobel. Koleksi dobel terbanyak adalah uang lama. Namun koleksi yang dobel itu masih berharga relatif murah. Hanya 1 digit sampai 3 digit, artinya ribuan sampai ratusan ribu rupiah. Yang terbanyak berharga 2 digit. Meskipun demikian termasuk lumayan, apalagi di masa pandemi Covid. Saya menjadi 'pedagang numismatik' karena terpaksa.Â
Menulis dan membaca, termasuk hobi juga loh. Sejak lama saya selalu membeli buku yang saya anggap menarik. Banyak buku saya peroleh dari instansi-instansi pemerintah. Gratis loh. Buku-buku saya sudah demikian banyak, meskipun dengan topik tertentu. Semoga nanti saya bisa membuka perpustakaan pribadi yang terbuka untuk para peneliti.
Karena sering membaca, saya jadi hobi menulis (artikel). Menulis sendiri ada dua kategori, menulis berhonorarium seperti koran/majalah dan menulis tanpa honorarium di blog pribadi dan blog publik. Nama kita pun cukup dikenal.
Memotret dan blusukan, itu hobi lain saya. Jadi saling melengkapi dengan menulis dan membaca.
Merawat barang-barang lama atau warisan kakek/nenek dan orang tua/mertua, ini termasuk hobi aneh. Banyak barang-barang lama di rumah, seperti perabot jati, alat-alat rumah tangga, perlengkapan memasak, dsb. Kalau ada waktu senggang, barang-barang itu saya bersihkan. Perawatan memang tidak mudah.
Gagal jalani hobi? Tentu tidak. Hobi selalu bermanfaat, apa pun yang dilakukan. Tapi hobi selalu terbatas karena faktor ruangan dan keuangan. Kadang hobi bisa menolong kehidupan kita, mendapat teman, dan memperoleh info.***Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H