Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Hobby Artikel Utama

Tidak Ada Hobi yang Gagal, yang Ada Keterbatasan Menekuni Hobi karena Faktor Ruangan dan Keuangan

9 Februari 2021   11:50 Diperbarui: 10 Februari 2021   20:56 1312
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mengumpulkan benda-benda filateli termasuk prangko, dulu menjadi hobi yang memasyarakat, entah sekarang (Dokpri)

Prangko-prangko itu termasuk kategori used atau pernah dipakai/bercap. Saya juga berlangganan prangko, carik kenangan, dan sampul hari pertama pada Kantor Filateli Jakarta. Dari sini saya mendapatkan prangko mint atau belum pernah dipakai/belum bercap.

Dulu saya banyak mendapatkan uang lama dari keluarga dan kerabat. Nah, uang-uang lama tersebut saya simpan. Yang kondisinya kurang bagus, kadang saya ganti dengan kondisi yang lebih bagus. 

Seri yang belum lengkap, saya beli sedikit demi sedikit. Saya berkoleksi numismatik---itulah sebutan keren untuk koleksi mata uang---apa adanya saja disesuaikan kemampuan kantong.

Mengumpulkan pin, pernak-pernik seperti karcis tol dan karcis bus TransJakarta, juga saya lakukan. Pokoknya buat iseng-iseng saja. Dapat yah disyukuri, tidak dapat yah tidak apa-apa. Saya mendapat warisan warisan dari ayah banyak cincin. Ayah senang cincin tapi saya kurang suka. Tapi yang namanya barang warisan, tentu harus dirawat.

Mengumpulkan benda-benda filateli termasuk prangko, dulu menjadi hobi yang memasyarakat, entah sekarang (Dokpri)
Mengumpulkan benda-benda filateli termasuk prangko, dulu menjadi hobi yang memasyarakat, entah sekarang (Dokpri)
Dobel

Yang namanya berkoleksi, sering kali mendapatkan koleksi dobel. Koleksi dobel terbanyak adalah uang lama. Namun koleksi yang dobel itu masih berharga relatif murah. Hanya 1 digit sampai 3 digit, artinya ribuan sampai ratusan ribu rupiah. Yang terbanyak berharga 2 digit. Meskipun demikian termasuk lumayan, apalagi di masa pandemi Covid. Saya menjadi 'pedagang numismatik' karena terpaksa. 

Menulis dan membaca, termasuk hobi juga loh. Sejak lama saya selalu membeli buku yang saya anggap menarik. Banyak buku saya peroleh dari instansi-instansi pemerintah. Gratis loh. Buku-buku saya sudah demikian banyak, meskipun dengan topik tertentu. Semoga nanti saya bisa membuka perpustakaan pribadi yang terbuka untuk para peneliti.

Karena sering membaca, saya jadi hobi menulis (artikel). Menulis sendiri ada dua kategori, menulis berhonorarium seperti koran/majalah dan menulis tanpa honorarium di blog pribadi dan blog publik. Nama kita pun cukup dikenal.

Memotret dan blusukan, itu hobi lain saya. Jadi saling melengkapi dengan menulis dan membaca.

Merawat barang-barang lama atau warisan kakek/nenek dan orang tua/mertua, ini termasuk hobi aneh. Banyak barang-barang lama di rumah, seperti perabot jati, alat-alat rumah tangga, perlengkapan memasak, dsb. Kalau ada waktu senggang, barang-barang itu saya bersihkan. Perawatan memang tidak mudah.

Gagal jalani hobi? Tentu tidak. Hobi selalu bermanfaat, apa pun yang dilakukan. Tapi hobi selalu terbatas karena faktor ruangan dan keuangan. Kadang hobi bisa menolong kehidupan kita, mendapat teman, dan memperoleh info.*** 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun