Mungkin saja cara ekskavasinya seperti para penggali tanah zaman sekarang. Selain itu dia membawa temuan-temuan permukaan atau dari candi yang runtuh sehingga perolehan untuk Bataviaasch Genootschaap cukup banyak.
Dari ekskavasi, kita beralih ke Candi Simping. Ada informasi bahwa dari candi itu pernah dibawa ke Museum Nasional sekarang sebuah arca berukuran cukup besar. Pakar ikonografi, menyebut arca itu Harihara, perpaduan Dewa Wisnu (Hari) dan Dewa Siwa (Hara).
Arca Harihara terbuat dari batu andesit. Tingginya seukuran manusia dewasa. Saya pernah melihat arca itu di Museum Nasional. Lokasinya di Gedung A bagian belakang.
Harihara diyakini perwujudan Raden Wijaya atau Kertarajasa Jayawardhana (1293-1309 Masehi), pendiri Kerajaan Majapahit. Ada beberapa bagian yang rusak pada arca itu, yaitu prabhamandala, hidung dan kaki kanan arca, dan lapik sudah terkelupas. Beberapa sisi sudah aus pada bagian lengan kiri, punggung tangan kiri, dan pinggang kirinya. Namun secara keseluruhan, kondisi arca masih tergolong relatif baik.
Pada 2018 arca Harihara ditetapkan sebagai Benda Cagar Budaya Tingkat Nasional karena beberapa kriteria. Salah satunya tergolong langka jenisnya dan rancangannya, juga satu-satunya arca yang menggambarkan Raden Wijaya. Lihat [Arca Harihara Ditetapkan Sebagai Cagar Budaya Nasional].
Pada akhir 2017 hingga awal 2018 arca Harihara ikut dipamerkan di Eropa dalam ajang Europalia. Bayangkan cara mengepak arca berat berukuran tinggi 192 cm itu. Saya pernah menulis [Membawa Arca Kuno Seberat 1 Ton ke Luar Negeri].
Nah, demikianlah kisah tentang Raden Saleh, Ekskavasi, dan Arca Harihara. Semoga teman-teman yang memang berkecimpung di bidang penelitian atau terkait, mampu mengorek informasi lebih jauh tentang hal itu. Dengan demikian masyarakat akan memperoleh wawasan. Masa lalu memang masih misteri. Beda pendapat bisa terjadi karena beda referensi. Wawasan akan bertambah kalau ada informasi lain.
Sekarang saya mau cari nafkah dulu yah, nanti kalau ada waktu senggang saya nulis lagi. Maklum arkeo pejuang mandiri, bukan orang gajian atau dapat uang pensiun. Biasanya sebagian honorarium saya gunakan untuk ongkos kirim buku dalam gerakan literasi.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H