Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ironis, di Masa Pandemi Museum Kecurian, Beberapa Lagi Merumahkan Karyawan

27 Januari 2021   09:39 Diperbarui: 27 Januari 2021   09:54 421
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Berita tentang Museum Sultra pada 2017 (Foto: tangkapan layar dari tempo.co)

Dalam masa otonomi daerah inilah, museum-museum provinsi kurang perhatian. Maklum, museum cuma dipandang sebagai tempat penyimpanan barang rongsokan. Apalagi banyak pegawai yang dianggap kurang loyal, dipindahkan ke museum. Maka istilah 'dimuseumkan' sering menjadi olok-olok.

Perhatian yang kurang oleh pemerintah provinsi, termasuk juga oleh pemerintah kota dan pemerintah kabupaten, banyak dikeluhkan oleh pengelola museum. Ketika saya pernah menjadi anggota tim Standardisasi Museum yang diselenggarakan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, keluhan itu muncul. Karena itulah kemudian Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan berbaik hati dengan memberikan bantuan anggaran berupa DAK (Dana Alokasi Khusus) untuk kegiatan nonfisik, seperti membeli CCTV, menyelenggarakan museum keliling, menerbitkan publikasi, dan membuat kegiatan. 

Pengunjung Museum Negeri Sulawesi Tenggara (Foto: antaranews.com)
Pengunjung Museum Negeri Sulawesi Tenggara (Foto: antaranews.com)
Masa pandemi

Dalam masa normal saja, banyak museum cenderung sepi pengunjung. Apalagi dalam situasi masa pandemi seperti sekarang ketika para pegawai bekerja dari rumah dan museum menutup layanan.

Memang sungguh disayangkan museum tidak memiliki peralatan dan tenaga pengamanan. Sungguh ironis pula, museum diperhatikan kalau sudah ada kasus kecurian.

Harus diakui banyak museum tergolong 'kuat' anggaran. Banyak pula yang 'lemah' dalam anggaran. Kelihatan sekali dalam masa pandemi ini, museum-museum dengan dana APBN dan APBD masih eksis meskipun dengan membuat kegiatan virtual/daring. Banyak museum swasta justru sedang kolaps karena tidak ada penghasilan dari karcis masuk. Beberapa museum bahkan sudah merumahkan karyawan.

Kewaspadaan memang dituntut. Pembenahan fasilitas amat diperlukan. Pelibatan publik untuk melestarikan museum dalam arti luas amat dituntut. Sudah saatnya dibuat penggalangan dana abadi untuk museum.

Kalau masyarakat sudah terlibat berarti mereka sudah 'memiliki' museum. Maka kemungkinan terjadi perbuatan negatif akan berkurang bahkan hilang.***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun