Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Perlu Melacak Relief dan Patung di Gedung Sarinah dengan Metode Ilmu Ikonografi

19 Januari 2021   14:17 Diperbarui: 19 Januari 2021   14:54 1873
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Relief di bekas bandara Kemayoran bisa menjadi perbandingan (Foto: makalah Pak Asikin)

Siapa yang membuat relief dan patung di Gedung Sarinah, belum diketahui pasti. Saat ini masih berupa dugaan saja. Kemungkinan relief dan patung itu dibuat oleh kelompok seniman Yogyakarta, dengan lokomotifnya Edhi Sunarso. Masa pembuatannya ditaksir 1964-1966. Gedung Sarinah sendiri sebagai Toserba (Toko Serba Ada) diresmikan pada 1962 menjelang Asian Games ke-4.

Edhi Sunarso memang dikenal dekat dengan Presiden Sukarno. Berbagai patung dan monumen di Jakarta pernah ditangani beliau. Sejauh ini dokumen tentang pembuatan relief dan patung belum ditemukan. Mungkin sudah hilang karena rezim Orde Lama masa Sukarno digantikan rezim Orde Baru.

Relief di Candi Prambanan/atas dan Candi Borobudur/bawah (Foto: makalah Pak Asikin)
Relief di Candi Prambanan/atas dan Candi Borobudur/bawah (Foto: makalah Pak Asikin)
Kumuh

Adanya relief dan patung masa Presiden Sukarno terungkap ketika 21 Desember 2020 lalu Direktorat Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, menyelenggarakan diskusi. Bahkan semakin terekspos ketika Menteri BUMN Erick Thohir berkunjung ke sana pada awal Januari 2021.

Sejak tahun lalu Gedung Sarinah tengah direnovasi. Rencananya nanti relief dan patung akan ditempatkan di ruang publik agar para pengunjung bisa menikmati hasil karya seniman masa lalu Indonesia. Selama bertahun-tahun tinggalan masa Sukarno itu tertutup berbagai gerai yang disewakan pihak Sarinah. Sebelum renovasi, relief dan patung berada dalam ruang mekanikal yang kumuh.

Lihat tulisan [Di Dalam Gedung Sarinah Terdapat Relief dan Patung yang Belum Diketahui Masyarakat] pada Kompasiana 21 Desember 2020.

Relief di bekas bandara Kemayoran bisa menjadi perbandingan (Foto: makalah Pak Asikin)
Relief di bekas bandara Kemayoran bisa menjadi perbandingan (Foto: makalah Pak Asikin)
Cagar budaya

Sudah layak relief dan patung tersebut masuk kategori cagar budaya. Namun sejauh ini masih terkendala dokumen asli tinggalan tersebut. Benarkah karya Edhi Sunarso? Kalau benar tentu lebih mudah melacaknya.

Untuk melacak tinggalan tersebut, sebaiknya tim menurunkan beberapa pakar sejarah kesenian dan pakar ikonografi. Masa 1980-an saya pernah mengikuti mata kuliah Ikonografi Hindu dan Ikonografi Buddha pada Jurusan Arkeologi UI.

Ikonografi mempelajari ciri-ciri tertentu pada arca kuno.  Berabad-abad lampau, di Nusantara ditemukan banyak arca dewa dan perwujudannya. Analisis ikonografi mengidentifikasi sebuah arca berdasarkan atribut, seperti hiasan badan yang dikenakan, senjata yang dipegang, perhiasan yang dipakai, sikap telapak tangan, sikap duduk, dan bentuk/jumlah anggota badan.

Arca Ganesha, misalnya, mudah dikenali karena bermuka gajah dan berbadan manusia. Lalu bagaimana kalau ditemukan sebuah arca berujud laki-laki tua berjanggut dan perut yang besar? Seorang pakar ikonografi segera tahu bahwa itu adalah Arca Agastya.

Kata ikonografi berasal dari Bahasa Yunani Kuno yang berarti "gambar" dan "menulis". Sesungguhnya berarti luas karena mengidentifikasi juga relief cerita pada candi. Apalagi berhubungan dengan Arkeologi Klasik dari masa Hindu-Buddha.

Mendeskripsi dan mengidentifikasi arca kuno di mata pakar Arkeologi Klasik terlebih dengan spesialisasi Ikonografi cukup mudah. Yang termasuk agak sulit adalah memberi tarikh pada temuan tersebut. Kalau prasasti memiliki pertanggalan mutlak, tidaklah demikian dengan arca atau candi. Biasanya cukup disebutkan langgam seni masa Mataram Kuno, Singhasari, Sriwijaya, atau Majapahit. Ini merujuk pada kerajaan-kerajaan besar yang pernah ada di Nusantara.

Jadi bukan tidak mungkin kalau tinggalan di Gedung Sarinah itu akan merujuk pada nama seniman, misalnya "Gaya Edhi Sunarso" atau "Gaya Seniman Lain".

Arkeologi dikenal sebagai ilmu yang serakah. Banyak pihak melakukan pekerjaan berdasarkan 'metode arkeologi'. Sebagai misal, pemerintah AS mengangkat dan mengidentifikasi kerangka serdadu mereka yang hilang pada Perang Vietnam, dengan cara ekskavasi arkeologi.

Kita belum tahu seampuh mana Ilmu Ikonografi untuk menangani relief dan patung Sarinah. Tentu perlu dicoba. Dari situ baru ketahuan gagal atau berhasil.***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun