Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Heboh Lagi, Kali Ini Soal Koin Rp 500 yang Ditawarkan Jutaan Rupiah

6 Januari 2021   13:06 Diperbarui: 6 Januari 2021   14:54 1426
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tangkapan layar berita heboh (Diolah dari mesin pencari google)

Untuk kesekian kalinya masalah "koin kuno" (begitulah istilah masyarakat awam) menjadi perbincangan di media sosial. Beberapa waktu lalu koin Rp1000 kelapa sawit sempat heboh karena beberapa orang posting koin tersebut di marketplace dengan harga jutaan rupiah.

Kini koin Rp500 melati ditawarkan dengan harga 'aduhai'. Bahkan kemudian dikutip jurnalis dengan judul 'fantastis'. Pihak Bank Indonesia sempat diwawancarai. Begitu pula para kolektor atau lebih dikenal sebagai numismatis. Inilah akibat kejar pageviews, monetisasi, atau subscriber. Jurnalis zaman sekarang bukannya mencerdaskan masyarakat, malah membingungkan masyarakat.

Pada sisi satunya terdapat gambar bunga melati (Dokpri)
Pada sisi satunya terdapat gambar bunga melati (Dokpri)
Lantas apakah koin tersebut ada yang beli? Tentu saja tidak karena harga tersebut tidak wajar. Seandainya ada kata "terjual" tentu luar biasa bagi dunia numismatik. Artinya ada orang dungu yang mau membeli koleksi yang sebenarnya berharga murah. Harga pasaran sekitar Rp10.000 sekeping untuk kondisi 'paling bagus'. Di bawah kondisi itu ada 'bagus', 'cukup bagus', dan 'kurang bagus', tentu saja harganya lebih murah.

Kalau kita lihat di marketplace--yang juga diisi banyak pedagang numismatik--harga yang ditawarkan beragam, sekitar Rp5.000 sampai Rp10.000. Ada yang kurang paham koleksi, menawarkan puluhan ribu rupiah. Ironisnya yang 'kurang waras' menawarkan jutaan rupiah.

Buat kolektor pemula, tentu harus hati-hati. Pilihlah harga terendah. Sekadar gambaran, koin-koin Indonesia yang dikeluarkan sejak 1945 sampai sekarang, tidak ada yang berharga mahal. Saya pernah membeli coins set 1945-2010 ini seharga Rp100.000. Sebenarnya sudah ada lagi coins set yang lebih lengkap, yakni 1945 hingga 2016. Harga pasaran sekitar Rp150.000.

Coins set 1945-2010, koin Rp500 termasuk di dalamnya, yang bertanda panah (Dokpri)
Coins set 1945-2010, koin Rp500 termasuk di dalamnya, yang bertanda panah (Dokpri)
Melati

Koin Rp500 yang heboh itu dikenal sebagai koin melati, karena pada salah satu sisi terdapat gambar bunga melati. Pada sisi lain terdapat gambar Garuda Pancasila dan tahun emisi 1991 dan 1992.  

Data teknis koin ini adalah bahan aluminium-perunggu, atau banyak orang menyebutnya kuningan. Data lain diameter 24 mm, tebal 1,80 mm, dan berat 5,28 gram.   

Harga-harga yang ditawarkan di marketplace, dari Rp5.000 hingga jutaan (Diolah dari tokopedia)
Harga-harga yang ditawarkan di marketplace, dari Rp5.000 hingga jutaan (Diolah dari tokopedia)
Sekali lagi, harga jual koleksi uang---baik kertas maupun logam (koin)---tergantung grade atau tingkat kondisi. Semakin bagus kondisi, harga akan semakin tinggi. Biarpun mahal tentu tidak gila-gilaan sebagaimana yang dipajang di internet. Jadi jangan sama ratakan setiap koleksi.

Tangkapan layar berita heboh (Diolah dari mesin pencari google)
Tangkapan layar berita heboh (Diolah dari mesin pencari google)
Umumnya kolektor atau numismatis mengumpulkan koleksi dengan grade tinggi, artinya masih kaku, mengkilat, dan belum pernah dipakai bertransaksi. Sebaliknya masyarakat awam menawarkan koleksi berkondisi sobek, aus, kotor, gompal, dan bekas pakai.

Memang dimaklumi karena ketidaktahuan masyarakat, jadi menganggap harga jual selalu sama. Disayangkan mereka memilih yang tertinggi yang justru harganya 'tidak waras'.***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun