Sekitar 2010 saya membuat blog pribadi dengan nama palmistri-indonesia.blogspot.com. Blog itu saya isi dengan tulisan-tulisan saya di media cetak, antara lain tentang palmistri, astrologi, frenologi, grafologi, dan fisiognomi.
Boleh dibilang blog itu tentang melihat karakter, membaca peruntungan, menganalisis wajah, dan mengetahui nasib. Tentang ramalan, begitulah kalau mau disingkat.
Saya pilih nama palmistri karena singkat dan lebih dikenal masyarakat. Tadinya mau saya beri nama astrologi, bahkan palmistri-astrologi. Namun karena masih bingung mengganti nama, jadilah palmistri-indonesia itu.
Selain tulisan sendiri, saya perkaya lagi dengan tulisan-tulisan terkait dari media cetak dan media daring. Saya pikir buat hiburan masyarakat, sekaligus mencari penghasilan. Waktu itu sedang ramai sistem pay per click, artinya setiap kali masyarakat mengklik Google Adsense kita, maka kita akan memperoleh penghasilan.
Kalau tidak salah setiap klik menghasilkan 10 sen dollar. Saya sudah memperoleh 4 dollar, namun belum bisa ditransfer karena syarat transfer minimal 100 dollar. Sayang kemudian saya lupa password blogspot itu dan lupa password Google Adsense.
![Blog pribadi saya tentang palmistri, astrologi, dll (Dokpri)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2021/01/03/palmistri-blog-01-5ff1b0428ede4806524eba46.jpg?t=o&v=770)
![Informasi dari handresearch tentang saya (Foto: tangkapan layar google)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2021/01/03/palmistri-blog-03-5ff1b075d541df20f275b342.jpg?t=o&v=770)
Sekitar 2015 saya mendapat beberapa email atau pos-elektronik, bahkan sampai sekarang. Umumnya ingin belajar palmistri atau palm reading. Ada juga yang ingin konsultasi. Pengirim email sebagian besar warga negara asing.
Saya sempat merasa aneh tentang email-email tersebut. Baru kemudian saya merasa terkejut karena nama saya dimasukkan ke dalam website handresearch.com. Saya dianggap pakar palmistri rupanya, padahal saya hanya iseng-iseng. Saya telusuri lagi, ada empat orang Indonesia yang dimasukkan sebagai pakar palmistri. Selebihnya adalah pakar-pakar dari berbagai negara.
Karena itulah kemudian saya belajar otodikdak. Saya cari buku-buku palmistri, astrologi, ba zi, zi wei doushu, membaca wajah, grafologi, tarot, numerologi, dan sebagainya. Sebelumnya saya hanya punya beberapa buku.
![Buku-buku tentang palmistri dan astrologi serta sejumlah koleksi uang untuk menyambung hidup (Dokpri)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2021/01/03/palmistri-blog-05-5ff1b181d541df4d5a470912.jpeg?t=o&v=770)
Akibat bertubi-tubi masuk ke email djulianto.susantio@yahoo.co.id dan sidjulianto@gmail.com, maka saya coba membuat konsultasi tertulis. Sayang karena foto telapak tangan mereka kurang jelas, saya tawarkan analisis data kelahiran saja dengan palmistri sebagai tambahan.
Perlu diketahui, karakter bawaan setiap individu ada pada data kelahiran berupa tanggal lahir, bulan lahir, tahun lahir, dan jam lahir. Keempat komponen itu sangat penting dalam astrologi. Dalam menganalisis, saya menggunakan astrologi Tiongkok berupa Ba Zi dan Zi Wei Dou Shu. Kadang-kadang mencari bandingan lewat astrologi India (Hindu) dan astrologi Barat.
Segala perubahan hidup manusia bisa dilihat dari palmistri. Jadi saling melengkapi antara astrologi dengan palmistri. Penganalisisan itu membutuhkan waktu sekitar dua jam. Yah lumayan, harus buka buku ini dan buka buku itu. Maklum saya bukan praktisi profesional. Jadi sebagai bahan belajar saya juga.
Dalam masa pandemi ini, konsultasi tertulis astrologi/palmistri menjadi "dewa penolong" buat saya. "Donasi tergantung kepuasan", begitulah kata saya. Memang tidak banyak klien saya. Bisa dihitung jari tangan dalam sebulan. Namun saling menolong menjadi prinsip saya. Yang penting saya menjadi lansia tetap aktif.
![Sebagian koleksi buku-buku palmistri saya (Dokpri)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2021/01/03/palmistri-blog-06-5ff1b261d541df6b1257e293.jpeg?t=o&v=770)
Sebelum mewabahnya media sosial dan media daring, saya hidup dari honorarium menulis artikel di media cetak. Banyak koran dan majalah di ibu kota sudah pernah saya masuki. Namun sejak menjamurnya media digital, media-media cetak mati dan sekarat. Sejak itu kegiatan menulis artikel semakin minim.
Sekarang menulis tetap saya lakukan lewat blog publik dan publik pribadi. Meskipun tidak berhonorarium, yang penting mencerdaskan masyarakat dan tidak hoaks. Juga sebagai olah raga otak dan melatih kemampuan berpikir.
Rupanya memang sesuai dengan garis tangan saya. Ada garis-garis pada telapak tangan yang menunjukkan saya memiliki lebih dari satu keterampilan. Ternyata menulis artikel, meramal, dan bisnis kecil-kecilan. Entah apa lagi, yang penting halal. Hidup penuh perjuangan dan penuh keberuntungan. Betapa pun hidup harus dijalani di masa sulit ini.***
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI