Ketika sedang klak klik 'museum digital', saya menemukan sebuah lukisan lama. Tergambar seorang pria tua dengan tangan diborgol sedang menyusu pada seorang wanita muda. Sementara di pangkuan wanita muda itu terlihat seorang bayi sedang mengangkat tangan kiri.
Saya coba cari tahu tentang narasi lukisan itu. Ternyata kejadian tersebut di dalam sel penjara. Cerita di baliknya sungguh dramatis.
Pria tua yang malang itu bernama Cimon, sedang dijatuhi hukuman "mati kelaparan" di dalam penjara. Ia ketahuan mencuri sepotong roti. Karena mencuri makanan, maka ia tidak diberi makan dan minum. Tentu dengan harapan ia akan mati kelaparan di dalam penjara. Â
Wanita muda itu bernama Pero, putri satu-satunya dan satu-satunya pengunjung sel Cimon. Ia baru saja memiliki bayi. Atas perintah kaisar, Pero diizinkan mengunjungi Cimon setiap hari. Sebelumnya Pero digeledah sedemikian rupa supaya ia tidak membawa makanan atau barang lain.
Baca Juga:Â Kritik Lukisan "The Persistence of Memory"
Memasuki empat bulan, Cimon masih bisa bertahan hidup tanpa penurunan berat badan. Tentu saja pihak berwenang menjadi curiga. Mereka mulai memata-matai dia di dalam sel. Betapa terkejutnya mereka karena menemukan Pero sedang menyusui ayahnya, sementara bayinya dibiarkan berada di pangkuan Pero.Â
Setelah menyadari kasih sayang dan cinta wanita itu kepada ayahnya, para hakim memaafkan dan membebaskan ayahnya itu.
![Lukisan utuh Cimon dan Pero (Sumber: https://bremen.museum-digital.de)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2020/12/23/bremen-museum-1-5fe2a1de8ede4835a04bbdb2.jpg?t=o&v=770)
Roman charity
Lukisan tersebut dijual dengan harga 30 juta euro. Ukuran lukisan 118,00 cm x 101,60 cm, dibuat oleh Antonio Belluci (1654-1726) pada 1685. Belluci adalah seniman dari Venesia (Italia). Karyanya yang disebut "yang gelap" dicirikan oleh kontras dan terang yang kuat. Â
Lukisan itu mengacu pada sebuah episode dari anekdot sejarah penulis Romawi Valerius Maximus (mungkin meninggal 34 M). Â Pelukis aslinya Fresco Pompeii, dengan judul "Micon dan Pero" pada 45-79 Masehi. Saat ini lukisan disimpan di salah satu museum di Italia.
Topik itu sangat populer di era Baroque. Kalau kita searching di internet dan tulis "Roman Charity" maka akan muncul lukisan bertopik serupa. Tentu dengan kreativitas dan imajinasi setiap seniman. Misalnya karya Caravaggio (1571-1609) berikut ini:
![Versi lain lukisan Cimon dan Pero (Sumber: https://www.ruzhnikov.com)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2020/12/23/bremen-museum-3-5fe2a2368ede484a443c48f2.jpg?t=o&v=770)
Bellucci mengatur sosok-sosok itu dalam sebuah piramida. Penggambaran anak itu agak tidak biasa dalam tradisi bergambar. Sementara ayah dalam kesusahan dan anak laki-laki dalam keseruan, namun sepenuhnya fokus pada Pero. Pero dengan hati-hati melihat ke samping karena takut ketahuan petugas penjara.
Banyak makna tergambar dari lukisan tersebut, antara lain tidak mementingkan diri sendiri dan rela mengorbankan apa pun termasuk harga diri demi keselamatan orang lain. Â Pada masa itu, gadis ini dinilai telah melakukan tindakan hebat, atau dikenal dengan istilah pietes dalam Romawi kuno, yang berarti 'kesalehan berbakti'.
Betapa narasi sangat penting. Dalam banyak museum seni di Tanah Air, narasi sangat singkat sehingga sering mengecewakan pengunjung museum. Semoga masalah narasi mendapat perhatian serius.***
Baca Juga:Â "Lake View II", Lukisan Karya Hendra Gunawan yang Menampilkan Keindahan Indonesia
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI