Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Di Dalam Gedung Sarinah Terdapat Relief dan Patung Bersejarah yang Belum Diketahui Masyarakat

21 Desember 2020   16:06 Diperbarui: 26 April 2021   15:28 2241
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruangan yang berisi relief dan patung saat ini (Foto: makalah Ibu Yuke)

Rencana penempatan relief dan patung pasca pemugaran (Foto: makalah Ibu Lies)
Rencana penempatan relief dan patung pasca pemugaran (Foto: makalah Ibu Lies)

Bincang santai

Tadi pagi, Senin, 21 Desember 2020, Direktorat Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan, Kemdikbud, menyelenggarakan acara bincang santai tentang Relief di Gedung Sarinah: Dulu, Kini, dan Masa Depan. Pada kesempatan itu berbicara Ibu Nadia dari Pusat Dokumentasi Arsitektur, Ibu Yuke Ardhiati dari Universitas Pancasila, Ibu Lies P. dari Sarinah, dan Pak Asikin dari Galeri Nasional Indonesia.

Kata Ibu Lies, upaya pengembalian rupa relief sedang dilakukan dengan cara membongkar barang-barang yang menutupi relief, pembersihan area relief, pembuatan cetak trimatra untuk menganalisis dan mengetahui perubahan yang disebabkan intervensi benda asing, juga membuat arsip dan dokumen. 

Nanti pasca pemugaran relief akan dipajang di halaman utama agar bisa dinikmati setiap pengunjung. Relief akan dilengkapi dengan narasi sehingga bisa diresapi oleh bangsa kita.

Baca Juga: Perlu Melacak Relief dan Patung di Gedung Sarinah dengan Metode Ilmu Ikonografi

Direktur Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan Pak Restu Gunawan sangat menyambut baik kegiatan tersebut. Bahkan pihaknya akan mendokumentasikan berbagai relief yang berada di ruang publik. 

Beliau pun menghimbau perlakuan yang pantas terhadap tinggalan di ruang terbuka, misalnya tidak dijadikan lokasi pembuangan sampah atau tempat buang air kecil.

Seingat saya di Jalan M.H. Thamrin ada tiga gedung yang dibangun dari hasil pampasan perang. Satu lagi Wisma Nusantara. Ketiga bangunan itu pernah menjadi ikon Jakarta sebelum menjamur gedung-gedung pencakar langit. Tentu saja ketiga bangunan bersejarah itu harus menjadi monumen hidup untuk anak-cucu kita.***  

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun