Menurut Ibu Dwi Yani, penelitian di situs tersebut terkendala infrastruktur. Dalam arti jalan menuju lokasi penelitian amat jelek, apalagi bila musim hujan tiba.
Pembicara selanjutnya Pak Daud Aris Tanudirdjo mengungkapkan pelestarian cagar budaya untuk kepariwisataan. Soalnya, menurut Pak Daud, umumnya warisan budaya tidak disikapi sebagai sumber daya pembangunan tetapi semata-mata sebagai kebanggaan, jati diri bangsa, dan kajian akademis. Bahkan sering kali kegiatan pelestarian dianggap sebagai hambatan dan beban pembangunan. Â
Pak Daud juga melihat di banyak tempat warisan budaya sudah terbukti mampu mengangkat masyarakat untuk mendapatkan kehidupan yang lebih sejahtera.Â
Apalagi menurut Pak Daud, telah terjadi pergeseran kebutuhan manusia, dari bahan, barang, dan jasa menjadi pengalaman yang mengesankan. "Masyarakat ingin tahu pengalaman yang melepaskan manusia dari rutinitas dan modernitas. Keaslian dan kekhasan suasana yang diciptakan warisan budaya berpotensi memenuhi kebutuhan tersebut," katanya.
Dikemukakan oleh Pak Daud bahwa pariwisata memang dilihat sebagai potensi yang paling mudah untuk dikembangkan. Namun banyak kasus menunjukkan dampaknya sering kali sangat buruk bagi kelestarian budaya dan alam.
Masalah manajemen juga penting, demikian Pak Daud. Ia mencontohkan bagaimana kalau Candi Borobudur ditutup mendadak sementara para wisatawan tidak diberi pemberitahuan. Tentu wisatawan akan kecewa terutama karena mereka datang dari jauh.
Yang terpenting, katanya, sasaran wisata berkelanjutan di warisan budaya adalah pelestarian lingkungan, pelestarian budaya, peningkatan ekonomi, dan hubungan sosial baik untuk mencapai kesejahteraan semua.
"Warisan budaya menjadi bagian dari wisata yang melestarikan lingkungan, bukan mengubah lingkungan. Berwisata harus juga melestarikan budaya dan menyejahterakan komunitas, bukan justru menghancurkannya. Jangan tinggalkan apa pun kecuali jejakmu," demikian Pak Daud memberikan gambaran.
Tentang kawasan Lore Lindu, menurut Pak Daud, ada beberapa keunggulan yang ada di sini, yakni unsur alam dan budaya yang khas, keadaan yang relatif masih lestari, dan kehidupan masyarakat yang menjaga harmoni dengan alam.Â
Dengan demikian mampu menciptakan suasana yang berbeda dan berpotensi besar untuk wisata minat khusus dengan nuansa petualangan. Terutama dengan muatan pendidikan serta pelestarian alam dan budaya.
Menurut Pak Daud, pengembangan pariwisata bukan berarti harus ada pembangunan fisik yang berlebihan. Cukup kembangkan dan manfaatkan fasilitas setempat untuk membentuk suasana yang khas. Beliau mencontohkan pariwisata Bali.