Sejak beberapa waktu lalu masyarakat dimanjakan dengan tanda-tanda pengenal Museum Basoeki Abdullah. Museum ini terletak di Jalan Keuangan Raya No. 19, Cilandak Barat, Jakarta Selatan. Kalau dari arah Blok M, Jalan Keuangan terletak di kanan jalan. Sementara kalau dari arah RS Fatmawati, terletak di kiri jalan.
Banyak kendaraan umum yang lewat Jalan Fatmawati, termasuk kereta MRT. Nah, kalau mau ke Museum Basoeki Abdullah, kita turun di stasiun Fatmawati. Di pintu keluar ada papan penunjuk untuk menuju Jalan TB Simatupang dan RS Fatmawati, termasuk Museum Basoeki Abdullah.
Ikuti saja jalur MRT di Jalan Fatmawati yang mengarah ke Blok M. Kalau jalan kaki berjarak sekitar 300 meter. Setelah melihat lukisan di tiang beton MRT sekaligus ada papan petunjuk, ikuti  saja Jalan Keuangan tersebut.
Bahkan Jalan Keuangan ditandai oleh lukisan mural di atas aspal jalan. Tulisannya ada [di sini].
Kemarin, Sabtu, 21 November 2020, saya diundang pada acara penutupan pameran seni rupa "Semesta Perempuan". Jadi inilah kunjungan pertama saya di masa pandemi Covid.
Sebenarnya pameran seni rupa tersebut berlangsung pada 25 September -- 25 Oktober 2020. Namun karena adanya PSBB diperpanjang hingga 21 November 2020. Sebagai pendukungan pameran, pernah dilakukan beberapa kali kegiatan daring lewat aplikasi Zoom.
Menurut Kepala Museum Basoeki Abdullah, Ibu Maeva Salmah, pameran seni rupa "Semesta Perempuan" diikuti 15 perupa lelaki dan perempuan dengan obyek lukisan perempuan. Mereka adalah Afriani, Agustan, Citra Sasmita, Erica Hestu, Wahyuni, Guntur Wibowo, Ignasius Dicky T., Ika Kurnia, Indyra, Mahdi Abdullah, PongQ Hari P., Prajna D. Wirata, Reza Pratica H., Syis Paindow, Tubagus Patoni, dan Vikey Yordan.
Kurator pameran adalah Ibu Citra Smara Dewi. Kata beliau, perempuan dalam karya lukis Basoeki Abdullah bukan semata menghadirkan kecantikan tubuh perempuan, melalui lukisan potret, namun juga menghadirkan sosok perempuan dalam konteks mikrokosmos dan makrokosmos.
Acara penutupan secara resmi dilakukan oleh Pak Judi Wahjudin. Beliau adalah Direktur Pembinaan Lembaga dan Tenaga Kebudayaan Kemendikbud.
Dalam acara bincang santai yang dipandu Ibu Citra tampil Ibu Cecilia Sidhawati. Beliau adalah putri Pak Basoeki Abdullah. Beliau banyak bercerita tentang pengalaman bersama ayahnya. Termasuk soal lukisan Nyai Loro Kidul yang dianggap penuh mitos atau mistik.Â
Ketika itu di sebuah hotel, Wati kecil didatangi seorang wanita. Ternyata sosok yang 'dilihatnya' itu identik dengan tokoh yang dilukis ayahnya kemudian. Saat ini lukisan Nyai Loro Kidul dimiliki sebuah perusahaan rokok.
Tampil pula Pak Tung Desem Waringin lewat daring. Motivator terkenal ini memiliki koleksi lukisan Basoeki Abdullah dengan obyek lima ekor kuda. Lukisan tersebut diperoleh lewat lelang. Beliau senang kepada Basoeki Abdullah karena bangga Pak Basoeki dulu berhasil mengalahkan pelukis-pelukis Eropa dalam kompetisi. Â
Pak Tung Desem menyarankan agar para perupa atau pelukis memiliki kemampuan 'marketing' sehingga tidak cuma idealis tapi bisa menabung. Ia mencontohkan van Gogh yang semasa hidupnya tidak pernah menjual lukisan. Van Gogh dikenal dunia justru setelah ia meninggal.
Soal 'marketing' Pak Tung mecontohkan dokter yang idealis. Dengan bekerja sendiri, ia memang bisa menolong banyak orang. Namun kalau si dokter memiliki sebuah rumah sakit, tentu bisa menolong lebih banyak lagi. Bahkan kalau memiliki 100 rumah sakit, ia mampu menolong amat sangat banyak orang.
Jika mendapat medali emas ada kebanggaan buat perupanya sehingga namanya akan meningkat. Dengan demikian harga lukisannya akan naik, begitu kira-kira kata Pak Tung Desem.
Pihak Museum Basoeki Abdullah sendiri, sebagaimana dikatakan Ibu Maeva, setiap tiga tahun menyelenggarakan MBAA atau Museum Basoeki Abdullah Award. Kita harapkan MBAA akan meningkatkan taraf hidup sekaligus mempopulerkan seniman-seniman Indonesia.
Dalam kesempatan itu pihak Museum Basoeki Abdullah menyerahkan sertifikat kepada para peserta pameran. Terpilih peserta favorit pilhan masyarakat Mbak Prajna dan Mas Agustan. Masing-masing mendapat apresiasi sebesar Rp 2,5 juta.*** Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H