Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Dulu untuk Membeli Perabot Jati Cukup dengan Lima Lembar Rp 1.000

17 November 2020   19:33 Diperbarui: 17 November 2020   19:41 230
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kuitansi pembelian perabot jati (Koleksi pribadi)

Dulu harga perabot mebel jati boleh dibilang murah. Apalagi perabot itu terbuat dari kayu jati tua. Di rumah saya ada lemari pakaian dua pintu berkaca cermin. Lemari itu memiliki beberapa laci. Di bagian kiri ada tempat obat dan tempat menggantung jas. Berpasangan dengan lemari pakaian, ada meja rias berkaca cermin dilengkapi bangku.

Lemari pakaian itu sangat kokoh. Dibuat oleh ahli mebel di Jalan Gajah Mada, Jakarta, sebagaimana tulisan pada kuitansi pembelian. Rupanya kedua perabot mebel itu hadiah dari kakak ipar ayah saya. Harganya Rp 5.000 dan dibeli pada April 1957.

Uang Rp 1.000 yang beredar kala itu (Koleksi pribadi)
Uang Rp 1.000 yang beredar kala itu (Koleksi pribadi)
Kokoh

Terus terang yang namanya mebel produksi orang Konghu sangat kokoh. Meskipun dibuat secara manual--maklum belum ada mesin pemotong kayu elektrik dan alat semprot---ukurannya terbilang sangat presisi. Peliturnya pun luar biasa rapi. Hanya karena usianya sudah 63 tahun, tentu perlu dipelitur lagi karena warnanya sudah memudar. Hingga saat itu kedua lemari masih asli.

Beberapa tahun lalu ada yang berani membeli Rp 15 juta. Namun karena warisan orang tua tentu saja tidak saya jual.

Hanya tarikan pintu dan tarikan laci sudah rusak. Maklum terbuat dari plastik sehingga pecah dan sedikit demi sedikit menghilang dari pakunya. Untuk mengakalinya saya pasang hook. Lumayanlah untuk menarik pintu dan laci.

Lemari pakaian dua pintu (Koleksi pribadi)
Lemari pakaian dua pintu (Koleksi pribadi)
Murah

Saya coba cari referensi seberapa besarkah uang Rp 5.000 kala itu. Saya lihat di buku Banknotes and Coins from Indonesia 1945-1990, pada 1956 kurs 1 dollar identik dengan Rp 31 dengan harga emas 24 karat Rp 48,50 per gram. Selanjutnya pada 1957 kurs 1 dollar = Rp 46 dan harga emas Rp 67 per gram. 

Kalau mengacu kepada kurs 1957, maka akan didapati harga mebel itu 108 dollar. Kalau saat ini kurs 1 dollar = Rp 14.000, berarti diperoleh harga Rp 1,5 juta. Entah bagaimana menghitung secara detail pada masa kini. Yang jelas, saat ini harga mebel cukup tinggi karena kualitas bahannya itu.

Meja rias dan bangkunya (Koleksi pribadi)
Meja rias dan bangkunya (Koleksi pribadi)
Kemungkinan besar mebel jati itu dibayar dengan uang Rp 1.000 seri Kebudayaan, berarti cuma lima lembar. Uang nominal Rp 1.000 itu diterbitkan pada 23 November 1954 dan ditarik pada 7 Agustus 1958. Ketika itu uang Rp 1.000 merupakan nominal tertinggi yang diterbitkan Bank Indonesia. Baru beberapa tahun kemudian muncul nominal Rp 2.500, Rp 5.000, dan Rp 10.000.

Dulu dengan lima lembar saja dapat perabot jati. Kini dengan sepuluh lembar nominal tertinggi saja masih jauh dari jangkauan. Terlihat betapa kenaikan harga begitu meroket.***   

.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun