Dulu harga perabot mebel jati boleh dibilang murah. Apalagi perabot itu terbuat dari kayu jati tua. Di rumah saya ada lemari pakaian dua pintu berkaca cermin. Lemari itu memiliki beberapa laci. Di bagian kiri ada tempat obat dan tempat menggantung jas. Berpasangan dengan lemari pakaian, ada meja rias berkaca cermin dilengkapi bangku.
Lemari pakaian itu sangat kokoh. Dibuat oleh ahli mebel di Jalan Gajah Mada, Jakarta, sebagaimana tulisan pada kuitansi pembelian. Rupanya kedua perabot mebel itu hadiah dari kakak ipar ayah saya. Harganya Rp 5.000 dan dibeli pada April 1957.
Terus terang yang namanya mebel produksi orang Konghu sangat kokoh. Meskipun dibuat secara manual--maklum belum ada mesin pemotong kayu elektrik dan alat semprot---ukurannya terbilang sangat presisi. Peliturnya pun luar biasa rapi. Hanya karena usianya sudah 63 tahun, tentu perlu dipelitur lagi karena warnanya sudah memudar. Hingga saat itu kedua lemari masih asli.
Beberapa tahun lalu ada yang berani membeli Rp 15 juta. Namun karena warisan orang tua tentu saja tidak saya jual.
Hanya tarikan pintu dan tarikan laci sudah rusak. Maklum terbuat dari plastik sehingga pecah dan sedikit demi sedikit menghilang dari pakunya. Untuk mengakalinya saya pasang hook. Lumayanlah untuk menarik pintu dan laci.
Saya coba cari referensi seberapa besarkah uang Rp 5.000 kala itu. Saya lihat di buku Banknotes and Coins from Indonesia 1945-1990, pada 1956 kurs 1 dollar identik dengan Rp 31 dengan harga emas 24 karat Rp 48,50 per gram. Selanjutnya pada 1957 kurs 1 dollar = Rp 46 dan harga emas Rp 67 per gram.Â
Kalau mengacu kepada kurs 1957, maka akan didapati harga mebel itu 108 dollar. Kalau saat ini kurs 1 dollar = Rp 14.000, berarti diperoleh harga Rp 1,5 juta. Entah bagaimana menghitung secara detail pada masa kini. Yang jelas, saat ini harga mebel cukup tinggi karena kualitas bahannya itu.
Dulu dengan lima lembar saja dapat perabot jati. Kini dengan sepuluh lembar nominal tertinggi saja masih jauh dari jangkauan. Terlihat betapa kenaikan harga begitu meroket.*** Â Â
.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H