Kemarin, 7 November 2020, kita merayakan Hari Wayang Nasional. Penetapan sebagai Hari Wayang Nasional ditandatangani oleh Presiden Joko Widodo pada 17 Desember 2018. Dasarnya adalah penetapan UNESCO pada 7 November 2003 bahwa wayang adalah asli Indonesia sebagai warisan budaya dunia yang tak ternilai dalam seni bertutur.
Sejauh ini sumber tertua yang menyebutkan kata wayang adalah prasasti, seperti Prasasti Wukayana (kondisinya rusak tapi diperkirakan berasal dari abad ke-9). Â Mawayang buatt hyang, begitu sepenggal isinya yang berkenaan dengan wayang. Diartikan pertunjukan wayang tersebut untuk dewa atau arwah nenek moyang.
Beberapa prasasti lain juga menyebutkan istilah sejenis, seperti Alasantan, Cane, Sangguran, Galunggung, Linggasuntan, Anjukladang, dan Waringin Pitu. Kara aringgit terdapat pada beberapa prasasti, yang juga bermakna wayang. Namun semua wayang merujuk pada wayang kulit. Lihat lebih lanjut [di sini].
Berkenaan dengan Hari Wayang Nasional, anak-anak muda yang tergabung dalam sebuah komunitas bernama Kelompok Pemerhati Budaya dan Museum Indonesia (KPBMI) ikut memeriahkan acara itu dengan melakukan bincang santai. Kali ini KPBMI menampilkan Teh Melcyana Wulandari. Ia perajin  wayang golek modern yang disebut wayang custom. Tokoh wayang tergantung permintaan customer.
KPBMI sendiri memiliki maskot Ganesha Sepurmudaya. Dalam mitologi kuno Ganesha dipandang sebagai Dewa Ilmu Pengetahuan. Belalai Ganesha sedang mengisap isi mangkok yang dipandang tidak pernah habis. Sebagaimana ilmu pengetahuan yang juga tidak pernah habis. Sementara Sepurmudaya singkatan dari sejarah, purbakala, museum, dan budaya, yakni bidang-bidang kegiatan sasaran utama komunitas.
Sabtu malam itu, KPBMI berbincang santai dengan Teh Melcy bertema "Semangat pelestarian dan berwirausaha di masa pandemi". KPBMI diwakili oleh Kak Dhanu Wibowo dengan boneka Ganesha yang dibuat oleh Teh Melcy.
Terungkap dari bincang santai itu, Teh Melcy tadinya bekerja di sebuah bank. Ia sudah suka wayang golek, maklum ia tinggal di Sumedang. Karena sering melihat banyak kayu sisa dan perajin tradisional yang semakin langka, ia mulai berpikir membuat wayang kekinian dan mendidik anak-anak muda di sana untuk membuat wayang. "Jadi saya keluar dari zona nyaman," katanya tentang pekerjaan dulu dan sekarang.
Ia membuat wayang goreng modern dari kayu albasia. Kata Teh Melcy, kayu itu mudah diukir. Setelah rampung, Teh Melcy merancang pakaian wayang.
Wayang custom karya Teh Melcy dan kawan-kawan makin lama makin dikenal. Padahal ia hanya promosi di media sosial dan toko daring atau online shop. Ia membuat wayang sesuai pesanan. Biasanya pemesan ingin menghadiahkan wayang dengan karakter tertentu untuk pasangan atau pimpinan perusahaan.
Menurut Teh Melcy, karena dibuat secara manual karakter yang tampil tidak 100% sama persis dengan foto. "Paling sekitar 70 persen," katanya dalam bincang semalam.
Wayang custom Teh Melcy sudah merambah dunia loh. Sejumlah warga AS pernah memesan kepadanya. Warga Jepang dan Filipina juga pernah memesan. Belum lagi kedutaan besar kita di beberapa negara sahabat. Dalam masa pandemi ini memang ada penurunan produksi. Namun Teh Melcy tetap belajar untuk memperkenalkan wayang kepada dunia luar.
Pesan Teh Melcy kepada Ganesha dan anak-anak muda, jangan cuma bermain media sosial. Lakukanlah hal-hal yang bermanfaat. Ia berharap, anak-anak muda akan melestarian kebudayaan atau kesenian tradisional.*** Â Â
 Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H