Pada kedalaman 100-150 cm ditemukan saluran, kabel, dll. Pada kedalaman 150-190 cm tanah urugan dan artefak berupa fragmen keramik, tembikar, kaca, tulang sebagai  bekas aktivitas masa lalu sebelum pembangunan area Thamrin (sebelum 1960). Mulai sekitar kedalaman 200 cm tidak ditemukan artefak dan sudah keluar air.
Yang agak beda di kawasan Jakarta Kota. Sampai kedalaman empat meter masih ditemukan sisa-sisa benda kuno. Ada struktur, ada pula benda-benda kecil. Dari hasil ekskavasi direkomendasi "diperbolehkan dengan catatan" entrance atau jalur keluar masuk stasiun MRT bawah tanah di daerah non bangunan bersejarah, dan "dipindahkan" terutama yang dekat dengan bangunan bersejarah.
Secara formal Studi Kelayakan Arkeologi belum diterapkan di sini. Saat ini rencana penanganan fisik sedang dalam bahasan. Setelah diambil keputusan perlakuan terhadapnya, baru studi kelayakan tersebut dibuat.
Terungkap dalam diskusi itu pemindahan tugu jam sudah dibahas beberapa kali sejak 2019. Hasil rekomendasi adalah tugu jam harus tetap dipertahankan di tempat aslinya, cara-cara pemindahan sementara harus berdasarkan penelitian, pemasangan/penyambungan kembali harus menjamin kekuatan tugu jam tetap kokoh sesuai dengan standar dan ketetuan yang berlaku, pondasi tugu jam disatukan dengan stasiun MRT untuk menjamin kekuatan dan kestabilannya, serta Pemprov DKI Jakarta wajib membuat pengaturan untuk melindungi tugu jam agar tidak terdampak sebagai akibat kepadatan lalu lintas di lokasi tersebut.
Sebagai sejarawan Pak J.J. Rizal membahas soal narasi pada situs/bangunan bersejarah di sekitar kawasan yang dilalui MRT, misalnya soal stadion Petojo VIJ. Dulu banyak pemain sepak bola lahir di stadion ini.
Masalah temuan arkeologi saat pengerjaan terowongan juga dibahas dalam acara itu. Memang penemuan arkeologi umumnya terkuak secara tidak disengaja.*** Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H