Pak Udaya Halim memberi contoh sekolah yang dipimpinnya, Prince's Creative School dari TK hingga SMP. Sekolahnya menerapkan multi religius dan multi kultur. Dengan kata lain sekolahnya memiliki toleransi tinggi terhadap semua agama.
Setiap anak memiliki kelebihan masing-masing. Di sini yang diutamakan adalah kreativitas sebagai sumber utama pembelajaran. Kreativitas, kata Pak Udaya, akan mengubah sesuatu yang biasa menjadi luar biasa.
Membentuk karakter yang baik, itulah prinsip yang diterapkan sekolahnya. Kata Pak Udaya, pintar saja tidak cukup tapi perlu karakter yang baik. Disiplin, kreativitas, guru yang berdedikasi didukung orang tua menjadi kunci pembelajaran yang baik. Ini agar ada kebanggaan menjadi anak Indonesia.
Pak Udaya menceritakan bagaimana sekolahnya memberi tugas kepada siswa untuk merawat ikan cupang di rumah bersama orang tuanya. Dari sini kelihatan karakter, kreativitas, dan kompetensi si anak, kata Pak Udaya.
Pembelajaran anak tidak selalu di ruang. Pak Udaya pernah mengundang tokoh-tokoh dari berbagai bidang ke sekolahnya, seperti Pak Hendrawan Nadesul untuk memaparkan kesehatan, Mas Candra Wijaya soal atlet berprestasi, juga beberapa jurnalis dari media elektronik dan media cetak.
Ikut berbicara Ibu Kuei Pin Yeo, pendiri Yayasan Musik Jakarta. Dalam sekolah musik yang dirikan pada 1983 itu, Ibu Kuei mengajarkan musik sebesar 90%. Sisanya untuk bidang matematika, sejarah, dsb.
Pembicara terakhir adalah Oei Jam Tjhioe (Ketua Asosiasi Pengerjaan Logam dan Permesinan) dan  Martani Wiranata (Pemerhati TCM di Indonesia). Kegiatan webinar dimoderatori oleh Pak Siauw Tiong Djin (pemerhati pendidikan dan politik Indonesia).
Kita harapkan dari webinar akan dihasilkan SDM unggul dan berkualitas demi masa depan Indonesia yang cerah. Semoga kita bisa bangkit beberapa tahun mendatang demi menjadi Macan Asia yang disegani.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H