Generasi milenial pasti tidak pernah dan tidak akan merasakan naik transportasi umum yang disebut bemo. Bemo beroda tiga seperti halnya becak.Â
Namun bedanya, bagian depan bemo beroda satu dan bagian belakang beroda dua. Sebaliknya bagian depan becak beroda dua dan bagian belakang beroda satu.
Dulu bemo dan becak populer di Jakarta dan kota-kota besar lagi. Bemo sendiri merupakan singkatan becak motor. Bemo pernah populer gegara julukan komedian Dono Warkop.Â
Karena bentuk mulutnya agak menjorok ke depan, yang seperti bemo, maka ia sering dipanggil "Bemo". Rupanya julukan "Bemo" membawa berkah.
Bemo pernah digunakan sebagai kendaraan umum di Jakarta. Sebenarnya asal bemo adalah kendaraan merk Daihatsu Midget yang diproduksi di Jepang pada 1957. Awalnya bagian belakang berbentuk kotak karena digunakan untuk mengangkut barang.
Menjelang Asian Games 1962, pemerintah RI mendatangkan bemo untuk mengangkut masyarakat yang ingin menyaksikan pertandingan.
Seingat saya, bemo pernah menguasai jalan raya. Namun kemudian terdesak ke daerah lingkungan atau pinggiran. Bemo memuat enam orang di belakang dan dua orang di depan, termasuk sopir.Â
Penumpang akan duduk berhadapan di dalam bemo. Karena bentuknya kecil, sering kali penumpang harus beradu lutut dan duduk berdempetan.
Di dalam bemo ada bel yang digantungkan pada bagian atas. Jika ingin berhenti, penumpang cukup menekan bel itu. Nanti lampu di depan sopir akan menyala atau terdengar bunyi bel, tanda minta berhenti.