Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Melestarikan Wayang Lewat Nama-nama Populer Arjuna, Srikandi, dan Sengkuni

30 Oktober 2020   14:10 Diperbarui: 30 Oktober 2020   14:20 356
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kepala Museum Kekayon Pak Donny (Foto: radarjogya.jawapos.com)

Ada yang berpendapat wayang berasal dari India. Ada pula yang yakin berasal dari Tiongkok. Namun pada 2003 UNESCO mengakui wayang sebagai kebudayaan asli milik Indonesia. Bahkan pada 2018 keluar Keppres RI untuk menetapkan 7 November sebagai Hari Wayang Nasional.

J.L.A. Brandes (1887) sudah lama mengakui wayang sebagai salah satu dari 10 unsur kebudayaan asli Nusantara. J.J. Ras lain lagi pandangannya. Menurutnya wayang berasal dari India, terutama karena bersumber pada cerita Mahabharata dan Ramayana yang berasal dari India. B.M. Gosling punya pandangan berbeda. Wayang berasal dari Tiongkok sebagaimana ada istilah pi-ying, wo-yong, dan wa-ya yang mirip wayang.

Begitulah antara lain terungkap dari kegiatan seminar daring "Menelisik Sejarah dan Asal Usul Seni Budaya Wayang" yang diselenggarakan oleh edukator museum DIY untuk Museum Wayang Kekayon yang difasilitasi Dana Keistimewaan DIY. Seminar daring menghadirkan dua narasumber, yakni Pak Rudy Wiratama dan Pak Timmy Hartadi dengan moderator Pak Donny Megananda. Pak Donny adalah Kepala Museum Wayang Kekayon yang terletak di Jalan Jogja-Wonosari.

Ilustrasi pertunjukan wayang (Foto: Pak Timmy)
Ilustrasi pertunjukan wayang (Foto: Pak Timmy)
Prasasti

Sejauh ini sumber tertua yang menyebutkan kata wayang adalah prasasti yang berasal dari masa pemerintahan Rakai Watukura Dyah Balitung. Prasasti Wukayana, begitulah namanya, berasal dari abad ke-9. Saat ini Prasasti Wukayana tersimpan di Museum Tropen, Belanda.

Mawayang buatt hyang, begitu sepenggal isinya yang berkenaan dengan wayang. Diartikan pertunjukan wayang tersebut untuk dewa atau arwah nenek moyang. Beberapa prasasti lain juga menyebutkan istilah sejenis, seperti Alasantan, Cane, Sangguran, Galunggung, Linggasuntan, Anjukladang, dan Waringin Pitu. Kara aringgit terdapat pada beberapa prasasti, yang juga bermakna wayang.

Sumber lain berasal dari penggambaran relief cerita pada beberapa candi. Pada candi-candi di Jawa Tengah penggambaran masih berdasar cerita Mahabharata dan Ramayana yang berasal dari India. Namun di Jawa Timur, sudah bercorak Nusantara.

Masalah asal atau pengaruh agama tertentu hanya dibahas sepintas dalam seminar tersebut. Namun yang jelas wayang tidak mementingkan agama dan ras. Saat ini wayang dikenal dalam banyak sukubangsa, misalnya ada Wayang Banjar, Wayang Sasak, Wayang Potehi, dan Wayang Cirebon. Kekayaan budaya yang luar biasa.

Relief wayang di Jawa Timur (Foto: makalah Pak Rudy)
Relief wayang di Jawa Timur (Foto: makalah Pak Rudy)
Tontonan dan tuntunan

Sejak lama kesenian wayang menjadi tontonan dan tuntunan. Dulu menjadi sakral karena dimainkan semalam suntuk dilengkapi sesajian. Namun belakangan karena generasi muda tidak tertarik wayang, durasi pertunjukan diperpendek.

Pertunjukan wayang menjalin komunikasi antara dalang dengan masyarakat. Pesan-pesan baik selalu disampaikan dalang. Banyak karakter terdapat dalam tokoh wayang, seperti kejujuran, patriotik, dan cinta tanah air. Juga banyak filosofi kehidupan terselip dalam berbagai dialog.  Namun pada dasarnya kebaikan akan mengalahkan kejahatan.

Kini wayang sudah menjadi warisan dunia. Menjadi tugas generasi muda untuk memperkenalkan sekaligus melestarikan wayang. Beberapa museum wayang ada di beberapa lokasi, seperti di Jakarta, Yogyakarta, Bantul, Mojokerto, Bali, dan Purwakarta. Kalau bukan kita, siapa lagi yang melestarikan wayang. Tentu kita perlu membuat animasi wayang lewat nama-nama populer seperti Arjuna, Srikandi, Sengkuni, dan Rama-Sinta sudah dikenal luas.***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun