Masalah pribumi dan nonpribumi selalu mencuat manakala berlangsung kontestasi politik atau pilkada, termasuk pilpres. Tentu maksudnya untuk menjatuhkan pesaing. Padahal, kita termasuk memiliki nenek moyang yang sama. Sama-sama keturunan Homo sapiens atau manusia modern.
Arkeologi merupakan ujung tombak penelitian tentang hal itu. Selama ada manusia, selama itu pula ada kebudayaan.
Manusia dan kebudayaan sudah ada sejak jutaan tahun lalu. Soal manusia Indonesia, dari mana asal-usul mereka, dan bagaimana perkembangannya hingga bersatu menjadi Bangsa Indonesia di masa kini, dibicarakan dalam diskusi daring oleh Pusat Penelitian Arkeologi Nasional, Senin, 14 September 2020 pagi.
Harry Truman Simanjuntak, penulis buku itu, Manusia-manusia dan Peradaban Indonesia, menguraikan hasil penelitiannya selama lima tahun.
Berangkat dari kelampauan, tiba di kekinian, dan berproyeksi ke masa depan, itulah konsep penulisan Pak Truman, begitu ia biasa dipanggil.
Sejak 1980-an Pak Truman sudah berkesempatan menjelajahi pelosok Nusantara. Jadi ia banyak pengalaman sekaligus banyak data. Apalagi ia banyak menemukan data primer yang belum diungkap ke publik.
Muncul pertanyaan, siapakah bangsa Indonesia?
Inilah tantangan peneliti yang juga menjadi tantangan kebangsaan agar tidak terjadi konflik internal.
Pak Truman mengajak pembaca berkelana ke masa silam Nusantara untuk memahami siapa manusia-manusia dan peradaban Indonesia sekarang.
Melalui pemahaman itu pula maka bangsa ini akan memiliki fondasi keindonesiaan yang kuat ke depan hingga tetap kokoh oleh berbagai ancaman yang ingin mengubahnya.
"Berdasarkan data dan nilai sebagai pondasi kehidupan pada masa sekarang dan masa mendatang," begitu kata Pak Truman.
Menurut Pak Truman, buku ini baru semacam introduksi. Berisi perjalanan Indonesia sejak dihuni masyarakat pertama hingga sekarang. Diharapkan pembaca akan memperoleh gambaran yang komprehensif tentang keindonesiaan.
Ada empat hal yang dibahas Pak Truman, yakni migrasi, adaptasi, interaksi, dan evolusi. Nilai-nilai itulah yang diharapkan menjadi landasan kearifan lingkungan, gotong royong, dsb.
Pada bagian lain menurut Pak Truman, leluhur kita sudah memiliki capaian-capaian yang mendunia. Dunia lain belum bisa, nenek moyang kita sudah bisa.
Homo erectus, misalnya, mempunyai kemampuan membuat gambar cadas. Saat ini yang ketahuan baru Spanyol. Usianya diperkirakan puluhan ribu tahun.
"Nilai-nilai Pancasila sudah ada sejak manusia pertama. Hanya penjabarannya baru secara resmi pada 1945," kata Pak Truman.
Nilai-nilai itulah yang semestinya menjadi fondasi kebangsaan, dan melalui pengayaan oleh budaya luar yang kompatibel akan menghantarkan Indonesia pada sebuah bangsa yang besar, bermartabat, dan berkepribadian yang kuat di tengah bangsa dan peradaban dunia, begitu sambung Pak Truman.
Kepala Pusat Penelitian Arkeologi Nasional, Pak I Made Geria ikut memberikan komentar.
"Pada dasarnya isi buku soal menyapa alam. Konsep menyapa alam yang harmonis ada pada banyak daerah. Ini bukan agama," katanya.
Prof. (Ris.) Harry Widianto, peneliti Balai Arkeologi DI Yogyakarta mengatakan Pak Truman selalu obyektif, dalam arti selalu terbit karya-karya beliau yang dipublikasikan. Pak Harry adalah adik kelas Pak Truman di Jurusan Arkeologi UGM.
Pak Harry mengatakan, Pak Truman pada buku ini banyak memberikan informasi yang belum diketahui publik.
Misalnya di Gua Harimau ditemukan 82 rangka manusia: 77 berciri Monggolid dan 5 berciri Australomelanesid.
Pengajar Jurusan Arkeologi UGM Dr. Daud Aris Tanudirdjo berharap lewat buku ini masyarakat akan berapresiasi terhadap kerja arkeologi.
"Inilah sumbangan arkeologi bagi pembangunan bangsa," kata Pak Daud.
Tentang buku ini, menurut Pak Daud, ada empat poin yang dicatat, yakni komprehensif, mutakhir, kaya ilustrasi, dan membawa pesan.
Pak Truman memang ibarat ensiklopedia tentang Prasejarah. Ia lahir 27 Agustus 1951, menamatkan studi di Jurusan Arkeologi UGM pada 1979.
Ia mendapat gelar doktor di Prancis. Selanjutnya mendapat Profesor Riset ketika masih bekerja di Pusat Penelitian Arkeologi Nasional. Â
Pada 2015 Pak Truman mendapat Sarwono Award dari LIPI. Setahun kemudian ia pensiun dan selama beberapa tahun menjadi Tim Ahli Cagar Budaya Nasional.
***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H