Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kompasianer yang Memiliki Garis Kepala Melengkung di Telapak Tangan Berarti Penulis Hebat

14 September 2020   12:10 Diperbarui: 21 Mei 2021   02:11 1439
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kiri: garis kepala lurus; kanan: garis kepala melengkung (Sumber: Palmistri oleh Budi Daruputra, 2005)

Telapak tangan kita memiliki banyak garis. Ada garis panjang, ada garis pendek. Ada garis nyata, ada garis samar. Ada yang terputus, ada yang bercabang. Pokoknya banyak macam sesuai jumlah manusia di seluruh dunia. Garis-garis ini dipelajari oleh ilmu palmistri atau ilmu membaca garis/telapak tangan.

Baca juga : Palmistry Dunia Kesehatan, Meramal Garis Tangan Bukan Ilmu Gaib

Pada dasarnya di telapak tangan kita ada tiga garis mayor. Berturut-turut dari bawah garis kehidupan (garis umur), garis kepala (garis kecerdasan), dan garis hati (garis perasaan). Setiap garis memiliki makna masing-masing (lihat gambar di atas).

Belum lagi garis minor yang jumlahnya lebih banyak. Bentuk tangan, bentuk sidik jari, bentuk kuku, dan tanda khusus pada garis juga menjadi kajian ilmu palmistri.

Beberapa buku Palmistri (koleksi pribadi)
Beberapa buku Palmistri (koleksi pribadi)
Garis kepala

Salah satu garis berkaitan dengan keterampilan menulis. Garis itu dinamakan garis kepala atau garis kecerdasan. Pada umumnya garis kepala ada dua macam, yakni berbentuk lurus dan berbentuk melengkung (lihat tanda panah pada gambar di atas). 

Kalau dirunut lagi, ada yang lurus panjang, lurus pendek, lurus nyata, lurus samar, lurus bercabang, dan lurus dengan tanda khusus. Begitu pula kalau berbentuk melengkung.

Baca juga : Menang-Kalah Bukan Ditentukan Nomor Urut, tetapi Usaha dan Garis Tangan

Secara umum garis lurus bermakna mudah berkonsentrasi namun pikirannya sederhana, terarah, berani mengambil risiko, cerdik, praktis, logis, cerdas, materialistis, dan egois. Orang yang memiliki garis kepala lurus perhatian pada bisnis, keuangan, matematika, dan bidang ilmiah.

Berbeda dengan orang yang memiliki garis kepala melengkung. Ia memiliki imajinasi yang baik, intuisi, bahagia dalam kehidupan, setia, kreatif, mencintai kejutan, berpandangan jauh, suka melakukan hal yang nyata, membangun kehidupan yang brilian, artistik, dan baik hati. Garis kepala melengkung berhubungan dengan bahasa, media, seni, dan menghadapi orang lain.

Dalam hubungan dengan menulis tentu saja tergantung dari ukuran dan bentuk garis kepala itu. Saya yakin banyak penulis dan Kompasianer memiliki garis kepala berbentuk melengkung. Penulis dan Kompasianer yang memiliki garis kepala melengkung berarti orang hebat. Sejauh mana keterampilan menulis masing-masing, tentu perlu analisis lagi.

Garis tangan saya yang melengkung dan bercabang (dokpri)
Garis tangan saya yang melengkung dan bercabang (dokpri)
Melengkung dan bercabang

Beberapa tahun lalu saya melihat-lihat garis tangan saya. Ternyata garis tangan saya melengkung, bahkan ada yang bercabang. Uniknya, pada bagian ujung ada lagi cabang kecil.

Garis tangan seperti itu berarti terampil menulis. Soal garis cabang berarti memiliki banyak pengetahuan. Bukanlah kebetulan kalau saya sudah menulis di koran dan majalah sejak 1981. 

Banyak media cetak sudah pernah saya coba, antara lain Mutiara, Sinar Harapan, Suara Pembaruan, Kompas, Koran Tempo, Intisari, dan Reader's Digest Indonesia. 

Tulisan-tulisan saya berhubungan dengan keilmuan, seperti arkeologi, sejarah, museum, budaya, numismatik, astrologi, dan palmistri. Dulu honorarium dari media-media tersebut sangat lumayan.

Koran Kompas yang kata banyak orang sulit ditembus penulis luar, ternyata saya bisa. Memang kebanggaan kalau kita sudah menulis di Kompas. 

Baca juga : Inilah Keuntungan Non Materi Tak Ternilai Menjadi Penulis di Kompasiana

Tulisan Profesor dan Doktor saja sering ditolak. Maklum, tulisan kita dirapatkan oleh redaksi terlebih dulu. Setelah dianggap layak muat, baru disunting. Beda dengan Kompasiana, meskipun masih kerabat Kompas tapi tulisan di Kompasiana tanpa suntingan redaksi. 

Garis tangan merupakan tanda takdir. Salah satu takdir saya adalah menulis. Selain di media cetak, saya pun pernah terlibat menulis berbagai materi pameran, bahkan buku. Saya pun punya blog pribadi. 

Pokoknya ada honorarium dan tidak ada honorarium saya tetap menulis, sampai titik darah penghabisan. Yang penting mencerdaskan masyarakat, tulisan saya tidak hoaks, dan menjauhkan stress atau kepikunan.***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun