Garis tangan seperti itu berarti terampil menulis. Soal garis cabang berarti memiliki banyak pengetahuan. Bukanlah kebetulan kalau saya sudah menulis di koran dan majalah sejak 1981.Â
Banyak media cetak sudah pernah saya coba, antara lain Mutiara, Sinar Harapan, Suara Pembaruan, Kompas, Koran Tempo, Intisari, dan Reader's Digest Indonesia.Â
Tulisan-tulisan saya berhubungan dengan keilmuan, seperti arkeologi, sejarah, museum, budaya, numismatik, astrologi, dan palmistri. Dulu honorarium dari media-media tersebut sangat lumayan.
Koran Kompas yang kata banyak orang sulit ditembus penulis luar, ternyata saya bisa. Memang kebanggaan kalau kita sudah menulis di Kompas.Â
Baca juga : Inilah Keuntungan Non Materi Tak Ternilai Menjadi Penulis di Kompasiana
Tulisan Profesor dan Doktor saja sering ditolak. Maklum, tulisan kita dirapatkan oleh redaksi terlebih dulu. Setelah dianggap layak muat, baru disunting. Beda dengan Kompasiana, meskipun masih kerabat Kompas tapi tulisan di Kompasiana tanpa suntingan redaksi.Â
Garis tangan merupakan tanda takdir. Salah satu takdir saya adalah menulis. Selain di media cetak, saya pun pernah terlibat menulis berbagai materi pameran, bahkan buku. Saya pun punya blog pribadi.Â
Pokoknya ada honorarium dan tidak ada honorarium saya tetap menulis, sampai titik darah penghabisan. Yang penting mencerdaskan masyarakat, tulisan saya tidak hoaks, dan menjauhkan stress atau kepikunan.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H