Banyak orang sering terpukau dengan uang kuno, baik uang kertas maupun uang logam (koin), Â yang terjual ratusan juta hingga miliaran rupiah. Banyak orang juga sering geleng-geleng kepala mendengar kolektor Indonesia memburu uang-uang kuno di balai-balai lelang internasional. Seakan duit mereka tidak ada nomor serinya. Sebenarnya kalau kita lihat berita-berita media, mungkin harga uang kuno kita belum ada apa-apanya dibandingkan uang-uang kuno mancanegara. Â Â
Pada 2015 lalu www.banjarmasinpost.co.id  melaporkan, sebuah koin sen langka dari AS yang diperkirakan berasal dari masa 1792 laku dijual senilai  2,6 juta dollar AS.  Koin itu dibuat oleh Roberth Birch sehingga disebut 'Birch Cent'.  Kevin Lipton, kolektor tersebut, yakin di dunia hanya ada 10 keping uang kuno sejenis itu. Lipton membeli koleksi tersebut di Heritage Auctions, Orlando, AS.
Pada 2018 www.malangtimes.com mewartakan pada acara lelang 2006, koin senilai 6 shilling terjual 6,8 juta dollar atau setara 82 miliar. Koin itu bergambar Raja Edward III Florin yang diproduksi pada 1343. Saat itu tidak banyak kerajaan yang mampu membuat koin dari campuran emas.
Kolektor profesional pasti tahu mana barang langka. Soalnya mereka banyak membaca literatur. Sekadar gambaran, AS pernah memproduksi sekitar 5 juta keping koin sen. Namun karena waktu itu negara sedang berperang, maka untuk memproduksi senjata koin-koin tersebut dilebur. Akibatnya hanya tersisa belasan keping. Nah, koin-koin seperti inilah yang berharga mahal karena hanya tersisa sedikit.
Dalam dunia numismatik memang dikenal istilah R, dari kata Rare = langka. Bahkan makin banyak R berarti makin langka. Misalnya R, RR, RRR, dan RRRR. Koleksi berkategori RRRR biasanya hanya ditemukan 1-3 item, sementara kategori R masih lumayan banyak, yakni 11-20 item.
Di negara kita dunia numismatik belum semaju di AS atau negara-negara Eropa. Maka segala pengetahuan seakan terabaikan, kecuali oleh numismatis senior atau profesional.
Banyak pandangan keliru tentang uang kuno, apalagi oleh masyarakat awam. Uang kuno selalu dianggap berharga mahal. Bahkan semakin kuno, semakin mahal. Sebagai contoh, pernah ada yang menawarkan koin VOC 1790 seharga jutaan rupiah. Padahal koin seperti itu banyak sekali di pasaran. Jadi bukan koleksi langka. Akibatnya yah masih berharga murah.
Lantas apa yang mempengaruhi harga sebuah koleksi koin kuno? Tentu ada beberapa faktor, antara lain kuantitas dan kualitas. Produksinya memang banyak 5 juta keping, sebagaimana ilustrasi di atas. Namun karena tersisa sedikit atau sangat langka, maka sulit dicari. Akibatnya berharga mahal. Â
Kualitas juga mempengaruhi harga. Kolektor atau numismatis selalu memburu koleksi dengan 'grade' tinggi. Artinya dalam kondisi mulus atau kinclong. Kecuali koleksi yang sulit sekali dicari. Asalkan punya, numismatis sudah cukup senang.