Pada dasarnya hobi terdiri atas dua macam, yakni 'melakukan sesuatu' dan 'mengumpulkan sesuatu'. Melakukan sesuatu, misalnya, mendaki gunung atau berenang. Yang termasuk mengumpulkan sesuatu, antara lain berkoleksi prangko atau mata uang.
Berkoleksi mata uang atau numismatik, sebenarnya termasuk koleksi yang mudah dilakukan. Dalam keseharian kita selalu menggunakan uang untuk membeli atau membayar. Kalau dapat uang kembalian, perhatikan kondisi atau nomor seri uang tersebut. Syukur-syukur dapat kondisi yang masih kaku atau baru keluar dari bank. Nah, uang seperti itu pantas dikoleksi. Begitu juga kalau dapat uang dengan nomor seri unik, seperti 123456 atau 777777.
Manfaat hobi bermacam-macam. Umumnya untuk kesenangan atau kepuasan pribadi. Dengan memilih dan memilah koleksi, ada rasa nyaman di hati. Hal ini berkaitan juga dengan melatih kesabaran.
Bisa sebagai sarana edukasi, itu manfaat lain. Kita lihat koleksi uang kertas dan uang logam atau koin, memiliki gambar atau tulisan yang bisa bercerita. Banyak informasi terdapat di dalamnya.
Berkoleksi bisa menjadi sarana investasi. Namun jangan berpikir seperti ini karena nilai-nilai kesenangan bisa hilang. Kalau dalam keadaan darurat, apa boleh buat. Dalam masa pandemi Covid ini, sebagai contoh, banyak orang kehilangan pekerjaan. Kebetulan kita mempunyai koleksi numismatik. Karena butuh yang amat sangat, tentu kita bisa jual koleksi kesayangan kita itu.
Untuk memulai sesuatu biasanya agak sulit. Sering kali karena ketidaksengajaan atau 'kecelakaan'. Seperti yang diungkapkan Pak Wisnu Baskoro, Pak Irwan Fahmi, dan Ibu Winarni pada acara CANTIK (binCANg produkTIf asiK), Minggu, 6 September 2020 melalui aplikasi Zoom. Hasil kerja sama Museum Bank Indonesia (MBI) dengan Club Oeang Revoloesi (CORE) ini diikuti sekitar 100 peserta dari seluruh Indonesia.
Pak Wisnu berkoleksi karena dikasih duit kerokan oleh neneknya. Dulu memang kalau kerokan orang-orang tua kita memakai uang Nederlandsch-Indie 2 cent, yang dikenal sebagai uang benggol. Karena pinggir koin rata, maka tidak ada rasa sakit di badan. Setelah itu Pak Wisnu sering berkunjung ke pasar loak di Solo.
Pak Irwan mulai berkoleksi sejak sekolah. Ia memulai perkenalan dengan seorang kakek yang menjual uang dengan harga terjangkau. Tentu Pak Irwan menggunakan uang jajannya. Kebetulan Pak Irwan menjadi atlet bola basket di sekolahnya. Karena sering juara, ia mendapat hadiah uang. Nah, hasil jerih payahnya itu digunakan untuk membeli koleksi uang.
Ibu Winarni, karena bekerja di Museum Bank Indonesia, mau tidak mau harus memperdalam cerita yang ada pada tiap-tiap koleksi. Saat ini Ibu Winarni adalah ketua tim koleksi MBI.
Berkoleksi numismatik memang memiliki keasyikan tersendiri. Kita tidak perlu berkoleksi secara lengkap karena butuh dana yang super besar. Sesuaikan dengan isi kantong kita.
Agar koleksi tidak berantakan, kita memerlukan album. Baik album uang kertas maupun album koin memiliki beragam bentuk, ukuran, dan negara pembuat. Saat ini album koleksi banyak dijual secara daring. Jadi banyak pilihan.
Sebelum masuk album, sebaiknya koleksi dilapisi plastik. Ada plastik opp berbagai ukuran untuk uang kertas. Atau coin holder/karton pccb untuk koin, bahkan ada yang disebut kapsul.
Banyak numismatik atau kolektor memilih koleksi dalam kondisi atau grade tinggi. Itu sah-sah saja. Namun kalau kita belum mampu, cukup kondisi seadanya saja. Yang penting cerita di balik koleksi itu.
Kita jangan hanya berkoleksi. Baca juga buku referensi untuk memperkaya pengetahuan kita. Jangan lupakan buku katalogus untuk mengetahui perkembangan harga. Katalogus biasanya diterbitkan setiap tahun atau minimal setiap dua tahun.
Ada perlengkapan yang cukup penting, yakni kaca pembesar. Ini untuk melihat detail koleksi seperti titik-titik atau gerigi pada pinggiran koin. Pokoknya untuk melihat tulisan atau gambar yang sangat kecil.
Untuk berkoleksi, bisa pilih uang kertas saja, koin saja, atau campuran. Uang-uang dari mancanegara pun boleh berdampingan, untuk sekadar perbandingan dengan koleksi Nusantara. Selamat berkoleksi.
***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H