Banyak lagi koin asing yang ditemukan di Nusantara seperti EIC, VOC, kesultanan Islam, dan Nederlandsch-Indie. Semuanya masih perlu dikaji, diteliti, dan dituliskan agar menjadi referensi buat peneliti selanjutnya.
Arkeolog tidak mementingkan kondisi koin seperti berkarat atau aus, yang penting ada data tekstual untuk melakukan kajian. Buat arkeolog, koin dan konteks sejarah amat penting. Sebaliknya kolektor (numismatis) mementingkan kondisi koin dalam berkoleksi. Grade tinggi, begitu istilahnya. Semakin tinggi grade, semakin berharga mahal.
Sekali lagi, perlu ada kolaborasi antara arkeolog dan numismatis. Saya pernah menuliskan [di sini].
Dalam lelang internasional dan lokal, koin-koin kuno banyak terjual dengan harga tinggi. Memang bagus kalau kolektor punya koleksi koin. Apalagi mereka mempunyai minat membaca dan mencintai sejarah. Siapa tahu bisa menjadi buku rujukan, seperti halnya Pak Uno yang menulis buku Oeang Noesantara.
Dari koin kita mendapatkan banyak informasi berharga, seperti sejarah perekonomian/perdagangan, sejarah politik antarnegara, dan teknologi metalurgi. Yang jelas, koin bermanfaat untuk merekonstruksi sejarah.***
