Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sejak Masa Kolonial Kita Kaya Sekali dengan Uang Kertas

1 September 2020   14:18 Diperbarui: 1 September 2020   14:31 393
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Uang kertas Bodjonegoro 1948 (Foto: Oeang Noesantara)

Emisi Coen Tongkat (1897-1924), Batavia (Foto: Oeang Noesantara)
Emisi Coen Tongkat (1897-1924), Batavia (Foto: Oeang Noesantara)
De Javasche Bank

Ternyata De Javasche Bank banyak menerbitkan uang kertas. De Javasche Bank kelak menjadi Bank Indonesia.

Emisi JP Coen menjadi salah satu terbitan De Javasche Bank. Berbagai seri Coen pernah memperkaya dunia numismatik kita. Yang cukup dikenal emisi Merkurius (1897-1924). Pada uang kertas ini gambar Coen terdapat di bagian kanan, sementara gambar Merkurius di bagian kiri. Karena dewa Merkurius itu memegang tongkat, maka populer disebut Coen tongkat.

Banyak uang kertas dari berbagai periode diungkapkan buku ini. Di dalam buku banyak narasi sejarah. Beberapa proof atau cetakan percobaan ada dalam buku ini. Bagitu juga uang specimen atau uang contoh. Bahkan buku ini diperkaya dengan gambar-gambar uang kertas yang urung diedarkan.

Buku ini ibarat museum. Kalau saja gambar dan narasi di dalam buku ini dikonversi ke dalam museum, mungkin lebih menarik. Semoga nanti ada Museum Uang Kertas Nusantara. Foto-fotonya cukup digital karena sekarang teknologi semakin berkembang. Yang penting narasi yang lengkap supaya menambah wawasan pengunjung.

Ternyata sejak zaman kolonial, kita kaya sekali dengan uang kertas. Mungkin saja ada yang belum ditemukan, terutama pada masa Agresi Militer I dan II (1947-1949).

Nah, demikianlah sedikit cerita dari buku Oeang Noesantara, Terkarang oleh Uno. Nanti saya sambung dengan cerita lain.***

   

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun