Benda apa pun pasti akan mengalami kerusakan. Kualitas dan kuantitas kerusakan tergantung beberapa hal. Misalnya bahan, cuaca, serangga, cara memegang, dan cara menyimpan. Benda yang tergolong mudah rusak adalah kertas. Salah satu benda yang terbuat dari kertas adalah uang.
Masalah pada kertas biasanya bolong dimakan rayap, ada noda, tinta memudar, kertas kering, dan lain-lain. Sementara pada koin biasanya timbul karat atau noda.
Berkenaan dengan hal itu, maka Museum Bank Indonesia (MBI), pada Sabtu, 29 Agustus 2020 menyelenggarakan kegiatan daring CANTIK (binCANg produkTIf asiK) bertema "Kupas tuntas perawatan koleksi uang". Pada kegiatan ini berbicara Pak Zulkifli Mahafatna (Kolektor Uang atau Numismatis), Ibu Made Ayu Wirayati (Perpusnas RI), Dina Serepina (Konservator MBI), dan Ibu Winarni D. Soewarno (Ketua tim koleksi MBI). Acara dibuka oleh Pak Dandy Indarto Seno (Kepala MBI).
Perawatan memang mahal. Apalagi kalau koleksi kuno itu sudah berusia puluhan tahun. MBI sendiri memiliki sejumlah koleksi yang berusia ratusan tahun.
Kalau berupa koleksi pribadi, salah satu cara perawatan adalah memperhatikan cara memegang koleksi. Kalau berupa koin, kita harus memegang bagian pinggir. Biasanya dengan telunjuk dan jempol. Begitu pula kalau berupa uang kertas. Sebagaimana kita tahu, bagian pinggir uang kertas umumnya berwarna putih. Sebisa mungkin memegang koleksi harus memakai sarung tangan.
Koleksi pun harus dimasukkan ke dalam plastik pelindung. Untuk koin, ada yang namanya coin holder berupa karton pccb. Ada lagi yang agak mahal berupa kapsul. Jadi ada untuk tingkat numismatis yunior, ada pula untuk kelas numismatis senior atau profesional. Yang penting, tergantung anggaran yang kita miliki.
Dalam peng-grading-an ada skor 1 sampai 70. Makin tinggi skor, berarti koleksi makin bagus. Rata-rata koleksi milik numismatis berskor 60 ke atas. Kecuali untuk uang-uang masa revolusi fisik 1945-1949. Dapat skor 30 pun sudah termasuk lumayan.
Ibu Made Ayu menceritakan penyebab kerusakan kertas seperti cahaya, temperatur, kelembaban udara, dan debu. Misalnya kalau timbul noda permanen pada kertas atau foxing, penyebabnya adalah debu. Seorang konservator, istilah untuk orang yang merawat koleksi, pasti tahu penyebab dan cara untuk meminimalisasi kerusakan tersebut.
MBI pun sering melakukan perawatan koleksi. Kata Ibu Dina, pada uang kertas yang berusia sekitar 200 tahun ada kertas yang terkelupas dan tinta yang pecah. Untuk itu perawatan harus hati-hati sekali, antara lain dengan cotton bud.
Banyak koleksi koin pun harus dirawat. Sayang selama ini bahan-bahan untuk merawat koleksi relatif mahal dan harus diimpor. Â
Ada perawatan oleh individu, ada perawatan oleh lembaga macam museum. Tentu siapa saja boleh berperan. Yang penting koleksi-koleksi kita tidak lari ke mancanegara. Semoga tetap ada kolaborasi antara individu dengan museum.***
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H