Pada 26 Oktober 1972 berdiri Perkumpulan Penggemar Koleksi Mata Uang (PPKMU). Organisasi itu banyak melakukan edukasi dan informasi untuk masyarakat. Setiap dua bulan, PPKMU menyelenggarakan acara yang disebut arisan, yah semacam lelang. PPKMU juga secara periodik menyelenggarakan acara lelang tertulis.
Saya mulai menjadi anggota PPKMU pada 1986. Dalam kegiatan rutin itu dilelang berbagai jenis uang-uang lama Indonesia dan dunia. Ajang itu juga menjadi pembelajaran buat kolektor-kolektor yunior.
Ketika itu tidak banyak peserta arisan. Tidak sampai 50 orang. Namun cukup lumayanlah buat menimba ilmu atau mendapatkan koleksi dengan harga murah. Antar kolektor bisa saling bertukar pikiran. Secara informal pun kolektor yunior bisa bertanya-tanya kepada kolektor senior. Biasanya soal asli-palsunya koleksi.
Untuk mengakrabkan anggota, PPKMU menerbitkan buletin sederhana. Buletin itu tidak dicetak offset tapi ditik dengan mesin tik elektronik lalu diperbanyak dengan cara foto kopi. Maklum, teknologi waktu itu belum semaju sekarang. Baru era 1990-an dikenal komputer secara luas dengan printer lumayan bagus.
Buletin PPKMU dibuat dalam ukuran setengah folio. Isinya sekitar 10 halaman berupa berita keluarga dan informasi kenumismatikan. Pak Kornel Karwenda dan Pak Alim A. Sumana merupakan penyumbang terbesar informasi kenumismatikan. Maklum beliau sudah lama berkecimpung di dunia numismatik.
Sayang PPKMU semakin lama semakin mundur. Pada 2000 nama PPKMU tidak ada lagi. Jelas, untuk mengelola organisasi nirlaba perlu idealisme.
Tiba-tiba muncul Asosiasi Numismatika Indonesia (ANI). ANI berdiri pada 31 Mei 2005. Ketua ANI Pusat adalah Singgih, yang ketika itu menjabat Jaksa Agung. Namun pada 30 Juli 2005 Pak Singgih meninggal dunia.
Sejak itu saya lihat yang aktif hanya ANI Jakarta yang dimotori Pak Uno dan ANI Jawa Barat dengan motor penggerak Pak Puji Harsono. Kebetulan saya punya beberapa Buletin ANI Jakarta edisi 2005, 2006, dan 2009. Saya dikasih hadiah dari Pak Uno. Entah ANI bertahan sampai kapan.
Pada 5 Juni 2015 dideklarasikan organisasi numismatis baru bernama CORE, singkatan dari Club Oeang Revoloesi. Beberapa bulan kemudian CORE menjadi organisasi berbadan hukum. CORE mengkhususkan pada uang revolusi yang terbit pada 1945-1949. Â
Pendiri CORE adalah sekelompok numismatis yang memiliki visi sama tentang uang revolusi. Mereka adalah Uno, Suwito Harsono, Gino Chen, Wisnu Baskoro, Goenawan Wanaradja, Syamsuar Halim, Meifrid, Irwan Fahmi, Boyke Juliant, Richard Themas, Kinoto Christian, dan Diding Sudrajat.
Dalam beberapa tahun belakangan ini CORE menjalin kerja sama dengan Museum Bank Indonesia menyelenggarakan Pekan Numismatik Indonesia dan kegiatan lain terkait numismatik. Bahkan CORE menjadi narasumber untuk menangkal hoaks terhadap 'uang kuno' lewat wawancara di stasiun-stasiun televisi dan media cetak.
Selain Buletin CORE, pernah diterbitkan pula buku ORIDA. Kita berharap organisasi numismatik di Indonesia mampu bertahan lama.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H