Ternyata saya menjadi anggota PPKMU (Perhimpunan Penggemar Koleksi Mata Uang) mulai 1986. Ini terlihat dari kartu anggota PPKMU yang saya miliki. Saya memiliki tiga jenis kartu anggota. Kalau dilihat jumlahnya sih ada sekitar sepuluh. Maklum setiap tahun ada pergantian kartu anggota. Entah apakah kartu anggota itu masih utuh, atau ada yang masih tercecer.
PPKMU merupakan organisasi hobi yang berdiri pada 26 Oktober 1972. Sejak 1986 itu saya belajar dan bertanya kepada kolektor-kolektor yang sudah berpengalaman seperti Pak M.A. Affendi, Pak Kornel Karwenda, Pak Sani Sanusi, dan Pak Alim A. Sumana. Juga kepada Pak Siong Bo, Pak Akok, dan Pak Heru.
Jauh sebelum itu saya sudah memiliki sejumlah uang lama. Saya dapat dari ibu dan kerabat. Itulah mengapa saya berniat belajar dari PPKMU.
Sebelum menjadi anggota PPKMU, saya sudah menjadi jurnalis. Nah, dari sinilah saya mulai membumikan numismatik. Numismatik merupakan istilah keren untuk koleksi uang lama. Kolektornya disebut numismatis.
Setiap ada acara PPKMU saya hampir selalu hadir. Dulu namanya arisan PPKMU, diadakan setiap dua bulan di Museum Joang 45 atau tempat lain. Lewat ajang ini para anggota bisa saling bertukar koleksi atau mengikuti semacam lelang.
Saya sendiri memiliki banyak koleksi. Namun koleksi-koleksi saya masih tergolong murah. Maklum, belum mampu beli yang berharga jutaan sebuah. Masih ada kebutuhan lain yang saya anggap lebih penting. Meskipun begitu, lumayanlah memiliki koleksi sayur dan recehan.
Ternyata koleksi-koleksi sayur dan recehan itu bermanfaat pada masa pandemi ini. Yah terpaksa, karena saya tidak memiliki gaji, uang pensiun, atau usaha permanen. Saya hanyalah pekerja lepas. Koleksi-koleksi yang dobel saya jual lewat media sosial. Jadi kehidupan masih tetap berlangsung.
Berkoleksi memang memiliki beragam tujuan. Saya sih tetap berpedoman "memanfaatkan waktu senggang, melestarikan artefak Indonesia, dan belajar dari artefak itu". Kalaupun ada tujuan "investasi atau ekonomi", itu pun hanya kebetulan atau sesaat. Saya hanya punya beberapa. Daripada pegang dobel atau bikin ribet di dalam album, yah jual saja kepada kolektor pemula. Toh tetap lestari di tangan mereka.
Kartu anggota PPKMU yang pertama berbentuk sangat sederhana. Hanya ditik dengan mesin tik manual. Pada masa berikutnya, kartu anggota dibuat seperti kartu kredit. Ketika itu kartu kredit cukup populer. Kartu terakhir juga seperti kartu kredit, hanya berbeda logo.
Sebagai anggota PPKMU, setiap dua bulan saya menerima Buletin PPKMU. Terakhir saya menerima Buletin PPKMU sekitar 2000 dari sekretariat PPKMU di Kantor Filateli Jakarta, Pasar Baru.
Tiba-tiba saya dengar PPKMU sudah bubar. Beberapa tahun kemudian saya dengar ada organisasi numismatik baru. Semoga organisasi baru numismatik dapat bertahan lama. Saya pun akan tetap membumikan numismatik. Kalau dihitung sejak 1986, sudah 34 tahun saya bergelut di dunia numismatik. Doakan supaya kreativitas dan produktivitas saya tidak mati atau surut.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H