Orang "bijak" berkali-kali mengatakan, "Hanya orang bodoh mau meminjamkan buku dan hanya orang gila mau mengembalikan buku". Meskipun bersifat guyon, namun maknanya "dalam sekali". Saya punya pengalaman seperti itu sejak lama.
Buku-buku yang saya pinjamkan, banyak yang tidak kembali. Akibatnya ketika mau dipakai, saya kebingungan sendiri. Paling-paling kemudian saya mengunjungi perpustakaan yang terbuka untuk umum. Kalaupun terpaksa, saya pinjam ke teman. Untuk ini pasti saya kembalikan.
Sudah bertahun-tahun buku-buku saya masih "menginap" di rumah peminjam. "Masih dipakai. Pelit ama sih cuma pinjam sebentar," begitulah alasan mereka ketika ditagih. Seperti halnya pada uang, ternyata peminjam lebih galak daripada yang meminjamkan.
Terpaksa saya mengalah deh. Kebetulan di Facebook saya berkawan dengan beberapa pedagang buku bekas. Terkadang kalau kebetulan di-posting, saya beli lewat toko daring.
Ada juga buku Indonesia Dalam Arus Sejarah. Sebenarnya buku ini terdiri atas 9 jilid. Namun yang berkenaan dengan arkeologi jilid 1-3. Saya dikasih oleh teman di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Sayang, jilid 2 tentang Kerajaan Hindu-Buddha dipinjam dan tak kembali lagi.Â
Belum lama ini saya lihat ada di toko daring. Saya beli Rp 65.000 dari Yogyakarta. Sampul sesuai dengan buku-buku yang saya miliki. Ternyata setelah datang, bentuk buku lebih kecil sehingga ringan. Ternyata buku fotokopian dengan huruf diperkecil.
Saya yakin ini buku 'bajakan'. Soalnya saya pernah omong-omong dengan teman di Kemendikbud, ingin mencetak kembali dengan izin dari Penerbit Ichtiar Baru Van Hoeve. Namun keberadaan penerbit itu belum terlacak.
Memang menyesal sekali meminjamkan buku. Sudah berbuat kebaikan, malah kita rugi sendiri. Bayangkan, saya harus keluar lagi untuk membeli buku ganti. Sampai saat ini masih banyak buku saya di luar. Semoga bisa kembali.
Banyak orang heran saya banyak buku, padahal saya tidak punya kantor. Entah berapa banyak jumlah buku saya. Yang jelas, ada di empat lemari buku jati, empat rak buku metal, dan belasan rak buku kayu lapis. Belum lagi di kontener. Saat ini buku-buku itu menempati empat ruangan di rumah.