Sebenarnya bisa menempati dua ruangan. Namun ruangan-ruangan tersebut harus diperbaiki terlebih dulu. Â Maklum suka bocor kalau hujan.
Buku-buku saya tidak cuma bergenre sepurmudaya (sejarah, purbakala, museum, budaya). Buku-buku topik lain pun saya ada, seperti arsitektur, astronomi, palmistri, feng shui, dan geologi. Pokoknya palugada...apa lu mau gua ada, hehehe...
Karena banyak buku, maka sering menulis di Kompasiana dan juga mengelola blog pribadi tentang arkeologi dan museum. Saya tidak bisa berbagi materi, hanya tulisan. Bahkan, kembali kata orang bijak, "Kalau uang sering dipakai bisa habis, sebaliknya kalau buku sering dipakai, orang makin bertambah ilmu".
Karena sering menulis pula saya sering diguyoni oleh teman-teman eks Fakultas Sastra UI Rawamangun sebagai "Arkeolog Paling Miris" yang pantas mendapat Awards. Soalnya saya tidak pernah bekerja di instansi arkeologi atau museum, sebaliknya aktif membumikan arkeologi dan museum sejak 1980-an.
Lalu Pak Mundardjito, pensiunan Guru Besar Arkeologi UI, menganggap saya "Arkeolog dengan Takdir Sial". Soalnya saya membumikan arkeologi dan museum bukan karena proyek atau penugasan, tapi belum pernah mendapat penghargaan dari pemerintah. Termasuk juga membuat gerakan literasi berupa Kubu (Kuis Buku) dan Gemar (Gerakan Menulis Arkeologi) dengan dana pribadi.
Memang saya tidak ada gaji, tidak ada pensiun, dan tidak ada bantuan BLT atau Bansos. Sejak Maret lalu saya ODP (Ora Duwe Pemasukan). Tapi sebagai lansia saya sehat dan bahagia di masa pandemi Covid ini.
Sampai pagi ini saya menghasilkan 686 tulisan yang mencerdaskan. Belum termasuk tulisan ini.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H