Pagi tadi saya kembali beberes kontener di gudang. Ketemu lagi beberapa buku lama peninggalan kakek saya. Dari beberapa buku, baru dua buku yang saya bersihkan dengan kuas. Kedua buku saya lihat cukup menarik.
Yang pertama berjudul Ilmoe Tadjoe Sjalatin, yaitu pengetahoean meliatin tampang moeka manoesia. Buku itu disalin dari karangan poedjonggo Imam Sjafi'i oleh Ki Hadjar Darmopralojo. Penerbitnya Astrologisch Bureau ,,Aquarius" di Semarang. Ukuran buku 12 cm x 16 cm, dengan ketebalan 56 halaman.
Tidak ada tahun terbit. Pada buku hanya tertulis Directeur: T.P. Kwee. Pada sampul belakang ada tulisan Tertjitak oleh N.V. Hap Sing Kongsie, Gang Tengah No. 75, Semarang.
Kedua buku ditulis dengan ejaan van Ophuijsen, yakni ejaan Latin untuk ejaan Melayu di Nusantara. Salah satu cirinya adalah oe yang dibaca u. Kemungkinan kedua buku ditulis sebelum proklamasi 1945. Saya cari-cari di internet, tidak juga menemukan sejarah penerbit tersebut. Hanya soal percetakan Hap Sing Kongsie ada di sini. Percetakan tersebut berdiri pada 1901. Â
Menurut buku Ilmoe Tadjoe Sjalatin, Imam Sjafi'i adalah seorang pujangga Arab. Ia pandai melihat perilaku manusia. Katanya, tanda-tanda kebaikan dan kejahatan sudah diberikan oleh Allah yang Mahaagung. Tanda-tanda itu tidak bisa dibikin ulang lagi.
Kalau dalam dunia Barat, buku ini berisi pengetahuan Fisiognomi, gabungan dari Fisiologi dan Anatomi. Dalam pengetahuan metafisika Tionghoa disebut Miang Xian. Membaca Wajah atau Face Reading, begitu istilahnya.
Perilaku atau karakter manusia memang bisa dilihat dari bagian-bagian wajah seperti alis, mata, telinga, hidung, dan mulut. Pembaca wajah yang pengalaman mampu mengetahui apakah orang itu pelit atau royal, pendiam atau cerewet, sombong atau rendah hati, dan masih banyak lagi.
Rupanya buku Ilmoe Angka identik dengan Numerologi yang banyak dikenal. Mungkin buku Ilmoe Angka merupakan buku tertua di Indonesia yang membahas numerologi.
Buku ini membahas karier, karakter, kesehatan, dan lain-lain berdasarkan data kelahiran kita. Angka-angka itu dijumlahkan sehingga menghasilkan satu digit. Setiap angka dari 1 sampai 9 memiliki arti masing-masing.
Ada pula berdasarkan nama kita. Setiap huruf mengandung angka 1-9 yang sudah tersusun. Kita tinggal mengonversi huruf ke angka. Hasil akhir tetap dibuat menjadi satu digit.
Merawat buku-buku lama atau buku-buku langka memang memerlukan keseriusan. Saya lihat kedua buku menggunakan jilid kawat. Karena itu timbul karat yang membuat kertas menjadi hitam. Belum ada tanda-tanda dimakan rayap. Namun karena buku sudah berusia puluhan tahun, tentu saja perlu perhatian lebih.*** Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H