Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengenang Museum Masa 1980-an dari Sepotong Karcis

10 Agustus 2020   08:20 Diperbarui: 10 Agustus 2020   08:30 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karcis Museum Adam Malik dan Museum Bank Indonesia (Dokpri)

Banyak wisatawan mancanegara mengajukan protes atas karcis museum yang kelewat murah. Mereka menggambarkan di beberapa negara Eropa, karcis masuk sekitar Rp 100.000. Itu pun pengunjung harus antre panjang.

Baru pada 2010-an Museum Nasional menaikkan karcis 10 x lipat menjadi Rp 5.000. Untuk wisatawan mancanegara lebih mahal lagi, yakni Rp 10.000.

Pada 2011 saya mengunjungi Museum Bank Indonesia sebagaimana tertera pada karcis. Ketika itu tidak ada karcis masuk. Pengunjung cuma mendaftar sambil diberikan sepotong karcis. Yah untuk laporan petugas kepada unit pengelola museum. Baru beberapa tahun lalu Museum Bank Indonesia mengenakan tarif masuk Rp 5.000.

Sepotong karcis yang tersimpan ternyata bisa bercerita tentang museum di masa lalu. Dengan demikian kita tahu perkembangan museum.***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun