Untung saja teknologi informasi sudah berkembang di seluruh dunia. Kalau tidak, entah bagaimana jadinya komunikasi di masa pandemi ini. Mungkin kita hanya bisa mengirim berita tanpa melihat wajah.
Di Indonesia pandemi telah memutus rantai pergerakan dan jarak manusia sejak Maret 2020. Di mana-mana diberlakukan protokol kesehatan. Bahkan ada istilah Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Akibatnya banyak pabrik, perusahaan, kantor, toko, sekolah, dan sebagainya harus tutup sementara. Para karyawan dan pelajar/mahasiswa harus bekerja dan belajar dari rumah.
Dampak secara ekonomi tentu sangat terasa. Banyak pabrik dan perusahaan terpaksa merumahkan karyawan, bahkan sampai terjadi pemutusan hubungan kerja. Uang THR yang dijanjikan harus dicicil karena perusahaan kesulitan keuangan. Pengangguran muncul di mana-mana, termasuk di pedesaan.
Dampak terkecil mungkin hanya dirasakan para Aparatur Sipil Negara (ASN). Meskipun bekerja dari rumah, mereka tetap mendapat gaji. Bahkan THR untuk golongan tertentu. Maklum, yang namanya belanja pegawai sudah termasuk dalam APBN/APBD.
Salah satu upaya mencegah penularan virus adalah menutup tempat-tempat yang sering dikunjungi publik, termasuk tempat-tempat bersejarah dan budaya. Misalnya saja taman budaya, museum, Â dan obyek arkeologi seperti candi.
Penutupan museum dan obyek arkeologi telah membuka mata para pengelola untuk mencari jalan lain agar masyarakat bisa menikmati informasi dan/atau hiburan. Di pihak lain pekerja seni/budaya mendapatkan imbalan jasa atau honorarium dari kegiatan secara daring. Â
Mulai April lalu banyak museum dan instansi arkeologi mengadakan berbagai kegiatan daring seperti pameran virtual, tur virtual, belajar bersama, diskusi, ngobrol santai, atau apa pun namanya.Â
Sebagian besar kegiatan menggunakan aplikasi Zoom. Bahkan disiarkan secara langsung lewat media sosial macam Facebook dan Instagram, serta kanal Youtube. Meskipun bersifat daring, interaksi atau tanya jawab tetap bisa dilakukan.
Kegiatan daring seperti diskusi atau ngobrol santai lewat Zoom dilakukan secara terbatas dengan membuka pendaftaran lewat media sosial. Peserta dari mana pun dibolehkan mendaftar.Â
Bila sudah memenuhi kuota, pendaftaran akan ditutup. Menjelang acara dimulai, para peserta diberikan nomor ID dan password. Lewat ID dan password itulah, para peserta bisa 'join meeting'.