Gerakan mahasiswa yang paling menonjol saat Dema tentu saja demonstrasi pasca-G30S. Saat itu ada pula KAMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia) dan KAPPI (Kesatuan Aksi Pemuda Pelajar Indonesia). Gerakan itu berhasil menggerus kekuasaan Presiden Sukarno dan memuluskan lahirnya Orde Baru. Sejak itu gerakan mahasiswa identik dengan gerakan politik.
Sebagai pengontrol pemerintah, Orde Baru pun kena kritik mahasiswa. Apalagi sejak meletusnya Malari (Malapetaka 15 Januari 1974). Sebenarnya Malari adalah protes terhadap produk Jepang yang mendominasi Indonesia. Ketika PM Jepang Kakuei Tanaka datang ke Indonesia terjadilah demonstrasi besar-besaran di Jakarta. Hampir semua kendaraan buatan Jepang yang lewat dicorat-coret para mahasiswa.
Namun, banyak penyusup ikut berdemonstrasi. Dampaknya adalah pembakaran Proyek Senen sehingga terjadi penjarahan dan kekacauan di Jakarta. Sekolah saya sempat diliburkan selama beberapa hari.
Demonstrasi mahasiswa yang besar terjadi lagi pada 1977/1978. Ketika itu akan dilangsungkan Sidang Umum MPR/DPR. Soeharto kembali terpilih menjadi presiden. Gerakan mahasiswa terjadi di kampus-kampus seluruh Indonesia. Salah satu tuntutan mereka tentu saja adalah mundurnya Soeharto.
Akibatnya pada 1978 itu, Dewan Mahasiswa di seluruh Indonesia "dibekukan". Jadi "suara kritis mahasiswa" tidak ada lagi. Yang ada fungsi mahasiswa sebagai kaum intelektual dengan tradisi keilmuan. Â Kebijakan itu dikenal sebagai Normalisasi Kehidupan Kampus (NKK) dengan Badan Koordinasi Kemahasiswaan (BKK).
Begitulah kisah dari tiga buletin stensilan ditambah hal yang saya ingat dan alami. Saat ini posisi Dema diganti BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa).***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H