Dulu, menulis menjadi ladang penghasilan. Saya pernah merasakan menulis di sejumlah media cetak seperti Warta Mahasiswa, Indonesia, Merdeka, Paket, Kompas, Sinar Harapan, Mutiara, Suara Pembaruan, Berita Buana, Pelita, Merdeka, Warta Kota, Amanah, Kartini, Intisari, Reader's Digest Indonesia, Bandung Pos, dan entah apa lagi.
Kalau sudah sering menulis di media cetak, cukup mudah menulis di blog atau Kompasiana. Cukup sesuaikan gaya bahasa. Sebaliknya, meskipun sering menulis di Kompasiana, belum tentu akan nembus di media cetak karena faktor gaya bahasa.
Menulis di Kompasiana juga dihargai oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI). Pada 2017 lalu saya pernah mendapat Anugerah Jurnalistik M.H. Thamrin untuk tulisan saya bertopik arkeologi, silakan lihat [DI SINI].
Sekarang sih saya menulis untuk hobi saja. Saya pernah menulis artikel bahwa hobi terbagi dua, yakni mengumpulkan sesuatu dan melakukan sesuatu. Nah, menulis termasuk melakukan sesuatu.Â
Sejak beberapa tahun lalu saya menulis untuk buletin museum dan cagar budaya. Juga di blog pribadi dan blog publik. Dalam masa pandemi Covid ini, menulis menjadi alat untuk terapi kesehatan yang paling murah loh.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H