Iseng-iseng saya menghitung pencapaian saya di Kompasiana. Sejak bergabung pada 14 Agustus 2016 saya menghasilkan 654 tulisan dengan 1.086.937 pengakses atau rata-rata 1.661, angka yang lumayan bagus. Berarti hampir empat tahun saya berpartisipasi di Kompasiana. Dalam setahun saya mampu menghasilkan 163,5 tulisan.
Sewaktu tulisan saya berjumlah 450, malah pernah menghasilkan angka rata-rata 2.050. Entah mengapa, kemudian jumlah pengakses menurun. Mungkin karena tidak ada topik hangat.
Dari sekian banyak tulisan, 614 dimasukkan oleh admin Kompasiana sebagai artikel pilihan. Artikel utama mencapai 246 tulisan atau 37,60% dari keseluruhan. Â Sayang, saya jarang sekali melakukan blogwalking sehingga nilai saya rendah. Bayangkan, masih Penjelajah dengan 12.700-an poin, sementara banyak Kompasianer baru telah melebihi poin saya, meskipun jumlah tulisan atau banyaknya artikel utama jauh di bawah saya. Â Â
Kita menulis tentu memiliki beberapa tujuan. Misalnya saja mengemukakan uneg-uneg, menyebar informasi, memberi edukasi, menangkal berita hoaks, dan mengoreksi tulisan orang lain yang salah. Banyak ragam dan topik tulisan, sesuai dengan disiplin pengetahuan yang ada. Karena itu si penulis pun sering membatasi diri pada apa yang ia tahu. Apa yang ia tidak tahu, tidak mungkin ia tulis.
Seperti saya yang berpendidikan arkeologi, tulisan-tulisan saya pun tidak jauh dari itu. Yang jelas bertopik Sepurmudaya (sejarah, purbakala, museum, budaya). Banyak membaca jelas berdampingan dengan banyak menulis.
Saya hobi mengumpulkan uang dan prangko, maka saya pun menulis hal-hal yang berhubungan dengan itu. Terutama masalah numismatik atau uang-uang lama. Saya pun sering membaca, bahkan memiliki banyak buku tentang astrologi, palmistri, fisiognomi, grafologi, numerologi, dan fengshui. Maka saya pun menulis hal-hal yang berkenaan dengan astrologi dan teman-temannya itu.
Lain orang lain minat, begitulah apresiasi masyarakat terhadap tulisan saya. Ternyata setelah saya amati, masyarakat paling banyak mengakses tulisan saya tentang numismatik. Entah ada berapa banyak tulisan saya tentang numismatik. Tulisan saya yang paling banyak diakses berjumlah 37.000-an, yakni pada tulisan berjudul "Uang kertas nomor seri cantik diburu kolektor (numismatis)".
Tulisan tentang grafologi juga termasuk paling banyak diakses. Tulisan berjudul "Mengenal sifat dan karakter melalui ilmu grafologi/tulisan tangan diakses oleh 34.000-an pembaca. Sungguh luar biasa mencapai 30.000-an pembaca.
Yang agak kurang justru tulisan tentang arkeologi. Tulisan berjudul "Candi Borobudur pada 1814: masih tertutup pepohonan dan semak-belukar" diakses 13.000-an pembaca.
Jumlah demikian masih terasa tinggi untuk tulisan bertopik museum. Tercatat tulisan saya berjudul "Dulu untuk praktik anatomi, STOVIA mendatangkan mayat dari Prancis" diakses 4.000-an pembaca.
Saya tidak memeriksa satu per satu, namun jumlah sebanyak itu masih lumayan banyak. Sejumlah  tulisan saya hanya mampu meraup 2-3 dijit pengakses. Meskipun begitu termasuk lumayan banyak untuk tulisan bersifat keilmuan.
Selain di Kompasiana, saya pun sering menulis di media cetak sekaligus media daring atau media daring yang berdiri sendiri. Kalau sempat, saya mengisi blog pribadi saya tentang arkeologi (hurahura.wordpress.com), museum (museumku.wordpress.com), numismatik (numisku.wordpress.com), dan astrologi (santai2008.wordpress.com). Saya punya beberapa blog lagi, tentu saja yang bersifat keilmuan. Namun sayang lupa passwordnya sehingga belum sempat diperbarui.
Membaca, menulis, dan berbagi buku--yang saya sebut gerakan literasi---bertujuan mencerdaskan masyarakat. Sayang sejak wabah pandemi, banyak kegiatan terhenti karena ketiadaan dana. Hanya menulis yang masih saya lakukan karena saya anggap terapi kesehatan mental yang paling murah.
Kembali ke tulisan yang banyak dan sedikit diakses, saya biarkan saja sesuai potensi pasar. Ada yang senang arkeologi, silakan baca. Begitu pula kalau senang museum, numismatik, astrologi, dan sebagainya. Saya hanya menulis dan mencerdaskan. Menulis untuk kepentingan masyarakat. Yang penting tulisan saya berdasarkan fakta dan data, sedikit pun tidak ada hoaks.***
 Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H