Jumlah demikian masih terasa tinggi untuk tulisan bertopik museum. Tercatat tulisan saya berjudul "Dulu untuk praktik anatomi, STOVIA mendatangkan mayat dari Prancis" diakses 4.000-an pembaca.
Saya tidak memeriksa satu per satu, namun jumlah sebanyak itu masih lumayan banyak. Sejumlah  tulisan saya hanya mampu meraup 2-3 dijit pengakses. Meskipun begitu termasuk lumayan banyak untuk tulisan bersifat keilmuan.
Selain di Kompasiana, saya pun sering menulis di media cetak sekaligus media daring atau media daring yang berdiri sendiri. Kalau sempat, saya mengisi blog pribadi saya tentang arkeologi (hurahura.wordpress.com), museum (museumku.wordpress.com), numismatik (numisku.wordpress.com), dan astrologi (santai2008.wordpress.com). Saya punya beberapa blog lagi, tentu saja yang bersifat keilmuan. Namun sayang lupa passwordnya sehingga belum sempat diperbarui.
Membaca, menulis, dan berbagi buku--yang saya sebut gerakan literasi---bertujuan mencerdaskan masyarakat. Sayang sejak wabah pandemi, banyak kegiatan terhenti karena ketiadaan dana. Hanya menulis yang masih saya lakukan karena saya anggap terapi kesehatan mental yang paling murah.
Kembali ke tulisan yang banyak dan sedikit diakses, saya biarkan saja sesuai potensi pasar. Ada yang senang arkeologi, silakan baca. Begitu pula kalau senang museum, numismatik, astrologi, dan sebagainya. Saya hanya menulis dan mencerdaskan. Menulis untuk kepentingan masyarakat. Yang penting tulisan saya berdasarkan fakta dan data, sedikit pun tidak ada hoaks.***
 Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H